Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ziarah Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari Pendiri Nahdlatul Ulama

Kala itu, saya berziarah bersama rombongan para Kyai pengurus MWC NU Jepara Kota. untuk menghadiri Muktamar yang ke 33 di Jombang. Dan Alhamdulillah bisa berziarah di Makbaroh Mbah Hasyim Asy'ari Pendiri Nahdlatul Ulama (NU).
Alhamdulillah bisa ketemu dengan banyak ulama kala itu karena bertepatan dengan Muktamar NU yang ke 33. Sy bisa ketemu KH Ma'ruf Amin dan kyai kyai lainnya.

Kelahiran Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari

Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari nama lengkapnya adalah Muhamad Hasyim Asy’ari bin ‘Abdul Wahid bin ‘Abdul Halim (bergelar Pangeran Bona) bin ‘Abdur Rohman (Jaka-Tingkir Sultan-Hadiwijaya) bin ‘Abdullooh biin ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdul Fatih bin Maulana Ishaq dari Raden ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri). Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari lahir di Gedang-Jombang, Jawa Timur. Hari lahirnya Selasa-Kliwon bertepatan tanggal 24 DzulQa’dah th 1287 H. atau 14 Februari 1871 M. Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari meninggal dunia pukul 03.45 WIB, 25 Juli 1947 M. di tanggal 7 Ramdhan tahun 1366 H. Hadratussyaikh mempunyai usia 79 tahun. (ref: Intelektualisme Pesantren, Seri 2: th terbit 2003, hlm. 319).

Perjalanan Hidup Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari sangat panjang dan barokah. Sy pun disini tidak menuliskan lengkap perjalanan beliau. karena saking banyaknya kisah kisah beliau.

Mbah Hasyim kecil selalu giat belajar dan semangat mencari ilmu. sehingga pada akhirnya beliau hafal kutubussittah di makkah dengan bimbingan para gurunya. Alhasil guru gurunya di makkah memberi gelar Hadratussyaikh (gelar murid yang cerdas yang hafal dengan kitab 6, kutubussittah).

Karya Tulis Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari

Dari sekian santrinya langsung, telah merekam kitab yang pernah ditulis oleh Mbah Hasyim. sehingga sekarang sudah dibukukan dan diterbitkan.

Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari selalu menegakkan Akidah Ahlus As-Sunnah wal-Jama'ah. Akidah Aswaja: Allooh Ada Tanpa Tempat.

Hadratus Syaikh KH M Hasyim Asy'ari Rohimahullooh, Menulis Kitab, Berjudul Adabul 'Älim wal Muta'allim, dan dalam kitabnya tersebut memberikan amanat kepada para santrinya (baik santri awal, maupun akhir ataupun kader kader nu) untuk mengaji dahulu kitab As-Sullamut Taufïq. Kitab ini harus dikhatam dan dipahami terlebih dahulu sebelum masuk kitab lainnya.

Ketika sudah memahami kitab Sullamuttawfiq dengan baik dan komprehensif, maka ia akan mengerti dan mengetahui tentang bagaimana iman yang benar. Memahami hukum-hukum dasar tentang amaliah ibadah dan muamalah dan juga akan tahu apasaja maksiat tubuh manusia dan tahu cara taubat dari maksiat tersebut. Kader NU yang sudah mengaji Sullamut-Taufïq dengan bertalaqqi kepada guru (terpercaya, bersanad), maka ia jadi kader NU yang militan dan tangguh, tamyiz dan dapat membedakan kufur atau iman, maksiat atau bukan, ibadah yang sah dan yang tidak, dan tahu golongan/firqoh yang selamat dan firqoh sesat.

Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari banyak menulis dan sudah dibukukan. Dan diantara kitab beliau, ada 4 kitab dasar yang bisa memberikan amanat kepada para santrinya dan kader NU:
  1. Risalah AhlisSunnah Wal-Jama'ah: Fi-Hadistil Mawta wa Asyrathissa'ah wabaya Mafhumis-Sunnah wal-Bid'ah (Risalah Aswaja: Pembahasan tentang Orang-orang yang meninggal, Tanda-tanda Akhir Zaman, dan Keterangan tentang Sunnah dan Bid'ah).
  2. An-Nuurul Mubiin fi-Mahabbati Sayyid al-Mursaliin (Cahaya yang Terang tentang Kecintaan pada Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi Wasallam).
  3. Adabul alim walMuta'allim fi maa yahtaju Ilaihil Muta'allim fi Ahwali Ta'alumihi wa maa Ta'limihi (Etika Guru dan Murid dalam Hal yang harus Diperhatikan oleh santri Selama Mengaji).
  4. AtTibyan: fin Nahyi 'an Muqota'atil Arham wal-Aqoorib wal-Ikhwan (Kitab tentang Ketidak=bolehnya Mutus Silaturrohmi, mutus Persaudaraan dan Persahabatan)
  5. Muqaddimah Qanun Asasi lil-Jam’iyyat Nahdlatul-Ulama. Dalam kitab ini, terdapat ayat dan juga hadits yang mengandung landasan permulaan dalam awal pendiri-an NU.
  6. Risalah fi-Ta’kidul Akhdzi bil-Mazhab al-A’immah Arba’ah. Mengikuti manhaj/madzhab para imam empat yakni Madzhab Imam Syafii, Madzhab Imam Malik, madzhab Imam Abu Hanifah dan madzhab Imam Ahmad bin Hanbal.
  7. Mawaidz. DiSaat Kongres NU XI pada tahun 1935 di Bandung, kitab Mawaidz telah diterbitkan secara massal. Bahkan Prof. Buya Hamka harus menterjemah kitab ini untuk diterbitkan pada majalah "Panji Masyarakat, edisi 15, Agustus 1959".
  8. Arba’ina-Haditsan Tata’allaqu bi-Mabadi’ Jam’iyyat -Nahdlatul Ulama-. Kitab ini mengandung 40 hadits terpilih yang menjadi pedoman bagi warga NU.
  9. AtTanbihat al-Wajibat liman Yushna’ al-Maulid bil-Munkarat. Kitab Akidah dan Maulid Rosul.
dan masih banyak lagi karya karta penting beliau.

Kisah Burung Perkututnya Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari

Pada saben pengajian khataman kitab -Fathul Qorîb- yang telah istiqomah dan menjadi wiridan rutiniah, dan juga diakhiri dengan kitabul-'Itqi (memerdekakan budak), Hadratus Syaikh KH M Hasyim Asy'ari hampir selalu bercerita tentang kejadian yang dialaminya sendiri. Beliau berkisah salah satu kejadian:

Alkisah mbah hasyim ada kepentingan ke luar-kota, Hadratus Syaikh memberi amanah kepada santri-ndalem (santri peladen, khodim) agar tidak lupa memberikan makan dan minum burung perkutut-perkkutut peliharaannya Mbah Hasyim. Tidak tahu kenapa, Santri ndalem tersebut kelupaan tidak ngasih makan dan minum salah satu burung perkutunya Mbah Kyai Hasyim. Akhirnya burung perkutut yang bagus itu mati tergeletak di sangkarnya.

Kemudian pulanglah Hadratus Syaikh setelah beberapa hari ada kepentingan tersebut. Hadratus Syaikh terkaget ketika melihat burung perkutut kesayangannya mati, seketika itu Hadratus Syaikh nangis tersedu-sedu. Bergegaslah Hadratus Syaikh sambil menangis, semua sangkar burung diturunkan sendiri dan kemudian semua burungnya dikeluarkan, dibebaskan, disuruh makan sendiri di alam bebas. Hadratus syaikh sambil berkata:
"Antum'utaqö', Kalian (burung) merdeka! Kalian (burung) bebas....! Terbanglah kalian! Aku takut burung -yang mati- ini akan menghalangiku menuju ke syurga-Mu."

Dan Setelah terjadi peristiwa tersebut, Hadratus Syaikh tidak mau dan tidak pernah lagi memelihara hewan peliharaan termasuk burung perkutut.

Kisah ini disaksikan langsung sendiri oleh salah satu santrinya yang bernama almaghfurlah KH Tahmid Syihabuddin, Jagalempeni, Kec Wanasari, Kab. Brebes, Jawatengah. gurunya KH Abdul Haq, Kedawon, Brebes.

Akidah Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari

Dalam kitab Karangan mbah hasyim, At-Tanbihat al-Wajibat, KH M. Hasyim Asy'ari berkata:

وَأشْهدُ أن لا إلهَ إلا اللّهُ وَحْدَه لاَ شريكَ لَهُ المُنَزَّهُ عَنِ الجِسْمِيَّةِ والجِهَةِ والزَّمَانِ والمَكانِ

Maknanya: "Aku bersaksi bahwa tidak ada yang disembah dengan haq selain hanya Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, yang disucikan dari berjisim, arah, zaman dan tempat" (Lihat: at Tanbihat al Wajibat - Muqoddimah).

Kyai Hasyim Asy'ari adalah guru dari para Kyai pendiri pondok pesantren di Jawa, seperti KH Bisri Syansuri, KH Abdul Wahhab Hasbullah, KH Abdul Karim, KH Jazuli, KH Imam Faqih Asy'ari, KH Maisur Sindi dan ratusan Kyai lainnya. 

Dalam perkataan tersebut di kitab itu, beliau menegaskan bahwa:
  1. Allaah itu bukan jisim
  2. Allaah tidak berada pada arah tertentu (atas, bawah, kanan, kiri, depan dan belakang)
  3. Zaman tidak berlaku bagi Allah
  4. Allaah ada tanpa tempat, tidak di bumi, tdak di langit, tidak di Arsy, tidak di mana-mana. 
Jadi dapat disimpulkan bahwa, Allaah Ada Tanpa Tempat, Allah Ada Tanpa Arah. Akidah ini sama seperti yang diperjuangkan oleh Syaikh Abdullah Al Harari dari Lebanon yang sekarang muridnya ada di seluruh dunia.

Posting Komentar untuk "Ziarah Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari Pendiri Nahdlatul Ulama"