Observasi Raja Pertama Kesultanan Pajang Jaka Tingkir
Perjalanan dilanjutkan ke Ujung Kabupaten Sragen, yaitu ke Makam Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir alias Mas Karebet. Lokasinya ada di dusun Butuh, Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen.
Kami serombongan meluncur ke Sragen bertepatan dengan hari maulid nabi, 12 Rabiul Awwal 1447 H. Area lokasi makam sudah banyak yang berubah, sudah berbenah dan di tata rapi. Tahun 2020 masih seperti ini:
![]() |
Pintu masuk Area makam Jaka Tingkir alias mas karebet alias Sultan Hadiwijaya. |
Sedangkan kami serombongan datang pada hari sabtu, bertepatan dengan tanggal 6 September 2025. Sudah begini areanya:
Setelah selesai berziarah, kami pun keluar dan melihat-lihat beberapa peninggalan dari Jaka tingkir, salah satunya yang terpajang besar dan diberi kaca adalah kayu jati Getek yang di masa hidupnya digunakan untuk perahu nyebrang (getek). dan Usia kayu jati itu sudah sangat tua sekali.
Selain itu juga masih banyak artifak bersejarah lainnya. Dan juga terpajang silsilah dari keluarga Jaka Tingkir.
Berikut adalah Tulisan dari Seorang dari kesultanan yang kami kutip tentang siapa itu sultan Hadiwijaya.
"Sultan Hadiwijaya Pendiri Keraton / Kesultanan Pajang"
Sultan Hadiwijaya terlahir dengan nama Mas Karebet pada tanggal 18 Jumadilakhir tahun Dal mongso Kawolu. (entah berapa saya tidak tahu)
Beliau adalah putra dari Penguasa Kraton Pengging, Ki Ageng Kebo Kenanga dari garwanya Rara Alit putri Pangeran Gugur (putra Prabu Brawijaya V)
Mas Karebet sejak kecil hidup sebatang kara. Pada usia dua tahun, Bapaknya meninggal sewaktu ada penyerangan Demak ke Pengging. Ki Ageng Kebo Kenanga wafat tertusuk keris Sunan Kudus. Sedangkan Ibunya, Rara Alit meninggal setelah 40 hari wafatnya Ki Ageng Kebo Kenanga. Beberapa waktu kemudian Mas Karebet diangkat putra oleh Nyai Ageng Tingkir. Kemudian Mas Karebet dikenal dengan nama Joko Tingkir.
Perjalanan hidup Joko Tingkir sangatlah panjang, singkat cerita saja disini ya.
Joko Tingkir sangat suka bertapa dan menyepi untuk menambah kekuatan batinnya. Beliau akhirnya belajar kepada berbagai Guru antara lain Ki Ageng Selo, Sunan Kalijaga, Ki Ageng Butuh, Ki Ageng Ngerang, Ki Adirasa, dan Ki Buyut Banyubiru.
Dan akhirnya takdir membawanya ke Keraton Demak. Joko Tingkir menjadi Prajurit Tamtama, Lurah Wira Tamtama. Kemudian beliau menjadi Pengawal Pribadi Sultan Trenggana dengan nama Rahadyan Joko Tingkir. Meski sempat diusir dari Demak karena salah paham akhirnya berkat usahanya Joko Tingkir bisa kembali menduduki jabatannya dengan gelar Adipati.
Enam bulan kemudian Adipati Joko Tingkir dinikahkan dengan Ratu Mas Cempaka, putri Sultan Trenggana dari garwa putri ketiga Sunan Kalijaga.
Setelah pernikahan, Raden Joko Tingkir diangkat menjadi Adipati di Kadipaten Paos dengan gelar Adipati Pajang.
Setelah Sultan Trenggana wafat, Dan kondisi Demak yang tidak stabil, kemudian tahun 1458 Raden Joko Tingkir diangkat menjadi Sultan Pajang oleh Panembahan Giri Prapen juga disaksikan Sunan Kalijaga dengan gelar "Sultan Hadiwijaya Hing Pajang".
Tahun Candrasengkala 1503 Dahana Muluk Barat Nempuh Wani.
Sultan Hadiwijaya memerintah Kraton Pajang selama 32 tahun .
Berikut silsilah Sultan Hadiwijaya:
Retno Pembayun putri Prabhu Brawijaya V menika dengan Sri Makurung Prabu Handayaningrat yang terakhir, berkedudukan di Pengging. Menurunkan 3(tiga) putera adalah :
1. Ki Ageng Kebo kanigara, tidak mempunyai keturunan;
2. Ki Ageng Kebo kenanga, menurunkan Mas Karebet (Jaka Tingkir), dan
3. Raden Kebo Amiluhur, dewasa wafat.
Ki Ageng Kebo Kenanga menikah dengan Rara Alit putri Pangeran Gugur menurunkan Mas Karebet.
Mas Karebet atau Raden Joko Tingkir menikah dengan Ratu Mas Cempaka putri Sultan Trenggana.
Menurunkan 7 (tujuh) putera puteri, adalah:
1. Ratu Mas Pambayun, di Ngarisbaya;
2. Ratu Mas Kumelut, di Tuban;
3. Ratu Mas Adipati, di Surabaya;
4. Ratu Mas Banten menikah dengan Ki Juru Mertani.
5. Ratu Mas Jepara menikah dengan Arya Pangiri ( putra Panembahan Prawata )
6. Pangeran Benawa
7. Pangeran Sindusena
Tahun 1458 Sultan Hadiwajaya, dinobatkan raja di Pajang, dan berkuasa selama 32 (tiga puluh dua) tahun.
Sultan Ngawantipura, dinobatkan sebagai raja dan berkuasa selama 3 (tiga) tahun.
Adipati Benawa Sultan Hawijaya, dinobatkan sebagai raja dan berkuasa selama 1 (satu) tahun.
Setelah wafat Sultan Hadiwijaya dan puteranya Adipati Benawa, dimakamkan di Pasareyan Butuh, terletak di wilayah Kabupaten Sragen.
Kanjeng Adipati Benawa menurunkan 3 (tiga) putera puteri
yaitu :
1. Pangeran Mas, menjabat sebagai Adipati di Pajang.
2. Pangeran Sidowingi
3. Pangeran Kaputrah, di Pajang.
4. Kanjeng Ratu Mas Hadi, sebagai prameswari Hingkang Sinuhun Prabu Hadi Hanyakrawati, di Mataram, menurunkan putra Hingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma di Mataram.
Dan kelak menurunkan Raja Raja Jawa.