UPDATE

Kisah Taubatnya Malik bin Dinar Rahimahullah

Sebuah kisah yang sangat populer di kalangan pesantren, yaitu kisah taubatnya Malik bin Dinar. Kisah ini tidak hanya terkenal di kalangan pesantren, juga terkenal di seluruh dunia. 


Bagaimana kisahnya?? berikut kisahnya...

بِسمِ اللهِ الرَّحمَنِ الرَّحِيمِ

الحَمدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللهِ، أَمَّا بَعدُ

Ada sebuah hadits yang menunjukkan bahwa ada orang yang beramal dengan amal ahli neraka, sampai dia dengan jarak neraka sejengkal saja, namun ia ditakdirkan sebagai ahli surga, kemudian takdir mengubahnya menjadi ahli surga, beramal dengan ahli surga maka ia memasuki surga.

قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعمَلُ بِعَمَلِ أَهلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَينَهُ وَبَينَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسبِقُ عَلَيهِ الكِتَابُ فَيَعمَلُ بِعَمَلِ أَهلِ الجَنَّةِ فَيَدخُلُ الجَنَّةَ»، رَوَاهُ البُخَارِيُّ

Rasûlullâh ﷺ bersabda: "Sesungguhnya ada seseorang yang beramal dengan amal ahli neraka hingga antara dia dengan neraka sejengkal (karena lamanya dia bermaksiat), Akan tetapi dia ditakdirkan untuk kemudian beramal dengan amalan ahli surga (di masa akhir hidupnya) maka ia memasuki surga." (HR. Al Bukhoriyy)

Di antara kisah yang diriwayatkan tentang orang-orang yang bertaubat adalah kisah Malik bin Dinar رضي الله تعالى عنه (w 130 / 131 H). Beliau adalah orang sholeh yang sebelumnya pernah melakukan maksiat, beliau pernah ditanya tentang awal mula taubatnya, lalu ia berkata:

“Aku dikaruniai seorang anak perempuan, dan aku sangat mencintainya. Ketika ia mulai merangkak (mberangkang) di tanah, cintaku kepadanya semakin bertambah. Setiap kali aku meletakkan minuman keras, ia datang kepadaku dan menarik-nariknya hingga minuman itu tumpah ke pakaianku. Ketika usianya genap dua tahun, ia meninggal dunia. Aku pun sangat bersedih dan berduka, lalu pada suatu malam aku tidur dalam keadaan mabuk karena khamr.

Maka aku bermimpi seakan-akan para penghuni kubur telah keluar dan seluruh makhluk dikumpulkan, dan aku bersama mereka berada di padang mahsyar. Aku mendengar suatu suara di belakangku, lalu aku menoleh. Ternyata ada seekor naga besar, yaitu ular raksasa yang sangat besar, berwarna hitam kebiruan—penampakannya sangat mengerikan—mulutnya terbuka dan bergerak cepat ke arahku.

Aku pun berlari melewatinya dalam keadaan ketakutan dan sangat panik. Di tengah pelarianku, aku melewati seorang lelaki tua yang pakaiannya bersih, rupanya elok, dan baunya harum. Aku memberi salam kepadanya, lalu ia menjawab salamku. Aku berkata kepadanya: ‘Lindungilah aku dan tolonglah aku!’

Ia menjawab: ‘Aku lemah, sedangkan ini lebih kuat dariku. Aku tidak sanggup menghadapinya. Tetapi teruslah berlari dengan lebih cepat, semoga Allah سبحانه وتعالى menjadikan sebab bagimu sesuatu yang dapat menyelamatkanmu darinya.’

Maka aku pun berlari sekuat tenaga, lalu aku naik ke sebuah tempat tinggi dari tempat-tempat di hari Kiamat. Dari sana aku melihat lapisan-lapisan neraka. Ketika aku menyaksikan kedahsyatannya, hampir saja aku terjatuh ke dalamnya karena ketakutanku terhadap naga yang terus mengejarku.

Tiba-tiba ada suara yang berseru kepadaku: 'Kembalilah! Engkau bukan termasuk penghuninya.’ Maka aku pun menjadi tenang dengan perkataannya, lalu aku kembali.”

Aku pun kembali ke belakang, dan naga itu kembali mengejarku. Ia berkata: “Aku mendatangi kembali lelaki tua itu lalu berkata: ‘Wahai Syaikh, aku telah memintamu agar melindungiku dari naga ini, tetapi engkau tidak melakukannya.’

Maka sang syaikh menangis dan berkata: ‘Aku ini lemah. Akan tetapi pergilah ke gunung itu, karena di sana terdapat titipan-titipan kaum Muslimin—maksudnya anak-anak kaum Muslimin yang wafat ketika masih kecil. Jika engkau memiliki titipan di sana, niscaya ia akan menolongmu.’

Lalu aku melihat sebuah gunung yang bundar. Di dalamnya terdapat celah-celah yang berlubang, balkon-balkon yang tergantung, tirai-tirai dari sutra, pintu-pintu dari emas merah yang dihiasi permata yaqut dan bertabur mutiara. Aku pun berlari menuju ke sana, sementara naga itu terus mengejarku.

Ketika aku telah mendekatinya, sebagian malaikat berseru: ‘Angkatlah tirai-tirai, bukalah pintu-pintu, dan tampakkanlah diri kalian! Mudah-mudahan orang yang malang ini memiliki titipan di antara kalian yang dapat melindunginya dari musuhnya.’

Maka tirai-tirai pun diangkat dan pintu-pintu dibuka. Anak-anak pun menampakkan diri kepadaku dengan wajah-wajah mereka, sementara naga itu semakin mendekat kepadaku sehingga aku kebingungan.

Lalu sebagian anak-anak itu berseru: ‘Celakalah kalian! Tampakkanlah diri kalian semua, karena ia sudah sangat dekat!’

Maka mereka pun menampakkan diri berkelompok demi kelompok, hingga tiba-tiba anak perempuanku yang telah wafat tampak menampakkan diri kepadaku bersama mereka.”

Ketika ia melihatku, ia pun menangis dan berkata: “Ayahku, demi Allah!”—yakni ia bersumpah bahwa ini adalah ayahnya. Lalu ia melompat seperti anak panah yang dilepaskan, hingga berdiri di hadapanku. Ia mengulurkan tangan kirinya ke tangan kananku lalu menggenggamnya, dan mengulurkan tangan kanannya ke arah naga itu, maka naga tersebut pun berbalik lari.

Setelah itu ia mendudukkanku dan aku duduk di pangkuannya. Ia berkata: "Wahai Ayahku,

{أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ}

“bukankah telah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman agar hati mereka tunduk khusyuk mengingat Allah?” {QS. Al-Hadid: 16}.

Aku pun menangis dan berkata: “Wahai anakku, apakah kalian mengetahui Al-Qur’an?”

Ia menjawab: “Wahai Ayahku, kami lebih mengetahui Al-Qur’an daripada kalian.”

Aku berkata: “Maka jelaskanlah kepadaku tentang naga yang hendak membinasakanku itu.”

Ia menjawab: “Itulah amal perbuatan burukmu. Engkau menguatkannya—karena seringnya engkau terjatuh dalam kemaksiatan dan meminum khamr—hingga ia ingin menenggelamkanmu ke dalam api Neraka Jahanam.”

Aku berkata: “Jelaskan pula kepadaku tentang lelaki tua yang aku temui di perjalananku.”

Ia menjawab: “Wahai Ayahku, itulah amal salehmu. Engkau telah melemahkannya hingga ia tidak lagi memiliki kekuatan untuk menghadapi amal burukmu.”

Maka aku terbangun dengan rasa takut. Setelah shubuh, aku meninggalkan kebiasaan yang biasa kulakukan dan aku bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla. Dan inilah sebabnya aku bertaubat.

Inilah kisah taubatnya Malik bin Dinar yang karena mimpi dikejar naga sampai hampir jatuh ke neraka dan diselamatkan oleh putrinya.

Bersegeralah, wahai orang yang setiap hari bermaksiat kepada Allah (termasuk saya), untuk bertobat. Demi Allah, pada hari Kiamat kelak terdapat berbagai keadaan yang begitu dahsyat hingga menjadikan anak-anak beruban; karena kedahsyatannya, perempuan yang hamil akan melahirkan kandungannya, dan manusia berada dalam ketakutan serta kengerian, kecuali orang yang memiliki amal shaleh yang menyelamatkannya.

Bayangkanlah, wahai saudaraku, dirimu sendiri ketika shirath telah dibentangkan di atas Neraka Jahanam, dan engkau diperintahkan untuk berjalan di atasnya serta menyeberangi api yang berkobar-kobar. Engkau melihat manusia satu per satu terjatuh ke dalam neraka—na‘ūdzu billāh—sementara orang-orang shaleh telah berlalu dan selamat.

Engkau mendengar tarikan dan hembusan api neraka, melihat percikan dan nyalanya yang meninggi dan berhamburan. Rasa takut dan gentar menguasai dirimu, penyesalan dan duka memenuhi hatimu. Engkau melangkahkan satu kaki dan menarik kaki yang lain.

Apakah yang akan engkau harapkan pada saat itu? Tidakkah engkau berharap dapat kembali ke dunia agar beramal saleh demi saat ini supaya engkau selamat?

Maka sekaranglah engkau berada pada waktu kesempatan itu, yakni sekaranglah waktunya bertaubat!!

توبة مالك بن دينار رحمه الله

سُئِلَ مَالِكُ بنُ دِينَارٍ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى عَن أَصلِ تَوبَتِهِ فَقَالَ: وُلِدَ لِي بِنتٌ وَأَحبَبتُهَا حُبًّا كَبِيرًا، وَلَمَّا صَارَت تَمشِي ازدَادَت فِي قَلبِي حُبًّا، فَكُنتُ إِذَا شَرِبتُ المُسكِرَ جَاءَت إِلَيَّ وَجَاذَبَتنِي إِيَّاهُ فَوَقَعَ عَلَى ثَوبِي، فَلَّمَا تَمَّ لَهَا سَنَتَانِ مَاتَت، فَحَزِنتُ كَثِيرًا.

وَفِي يَومٍ نِمتُ ثَمِلًا مِنَ الخَمرِ، فَرَأَيتُ فِي المَنَامِ كَأَنَّ أَهلَ القُبُورِ قَد خَرَجُوا، وَحُشِرَ الخَلائِقُ وَأَنَا مَعَهُم فِي مَوقِفِ الحَشرِ، فَسَمِعتُ صَوتًا مِن وَرَائِي، فَالتَفَتُّ فَإِذَا أَنَا بِثُعبَانٍ كَبِيرٍ مِن أَعظَمِ مَا يَكُونُ أَسوَدَ أَزرَقَ، مَنظَرُهُ مُخِيفٌ وَقَد فَتَحَ فَاهُ مُسرِعًا نَحوِي يُرِيدُ أَن يَأكُلَنِي.

فَأَسرَعتُ هَارِبًا فَزِعًا مَرعُوبًا، فَمَرَرتُ فِي طَرِيقِي بِشَيخٍ نَقِيِّ الثِّيَابِ جَمِيلِ الخِلقَةِ طَيِّبِ الرَّائِحَةِ، فَسَلَّمتُ عَلَيهِ فَرَدَّ عَلَىَّ السَّلامَ، فَقُلتُ لَهُ: أَجِرنِي وَأَغِثنِي، فَقَالَ: أَنَا ضَعِيفٌ وَهَذَا أَقوَى مِنِّي وَمَا أَقدِرُ عَلَيهِ، وَلَكِن مُرَّ بِأَسرَعَ فَلَعَلَّ اللهُ سُبحَانَهُ يُسَبِّبُ لَكَ مَا يُنجِيكَ مِنهُ، فَوَلَّيتُ هَارِبًا عَلَى وَجهِي، فَصَعِدتُ عَلَى مَكَانٍ عَالٍ فَأَشرَفتُ عَلَى طَبَقَاتِ النِّيرَانِ، فَنَظَرتُ إِلَى هَولِهَا وَكِدتُ أَهوِي فِيهَا مِن فَزَعِي مِنَ التِّنِّينِ، وَهُوَ مَا زَالَ يُلَاحِقُنِي، فَسَمِعتُ صَوتًا يَقُولُ: ارجِع لَستَ مِن أَهلِهَا، فَاطمَأَنَّيتُ إِلَى قَولِهِ وَرَجَعتُ.

رَجَعَ إِلَى الوَرَاءِ وَرَجَعَ التِّنِّينُ فِي طَلَبِهِ، قَالَ: فَأَتَيتُ الشَّيخَ فَقُلتُ يَا شَيخُ سَأَلتُكَ أَن تُجِيرَنِي مِن هَذَا التِّنِّينِ فَلَم تَفعَل، فَبَكَى الشَّيخُ وَقَالَ: أَنَا ضَعِيفٌ، وَلَكِن سِر إِلَى هَذَا الجَبَلِ فَإِنَّ فِيهِ وَدَائِعَ المُسلِمِينَ، يَعنِى أَولادَ المُسلِمِينَ الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُم صِغَارٌ، فَإِن كَانَ لَكَ فِيهِ وَدِيعَةٌ فَسَتَنصُرُكَ، فَنَظَرتُ إِلَى جَبَلٍ مُستَدِيرٍ فِيهِ فَتَحَاتٌ مُعَلَّقَةٌ وَسُتُورٌ مِن حَرِيرٍ مِن أَجمَلِ مَا يَكُونُ، مُرَصَّعٍ بِالحُلِيِّ الكَثِيرَةِ.

وَهَرَبتُ إِلَى الجَبَلِ وَالتِّنِّينُ وَرَائِي، حَتَّى إِذَا اقتَرَبتُ مِنهُ صَاحَ بَعضُ المَلائِكَةِ: ارفَعُوا السُّتُورَ وَأَشرِفُوا، فَلَعَلَّ لِهَذَا البَائِسِ فِيكُم وَدِيعَةً تُجِيرُهُ مِن عَدُوِّهِ، فَإِذَا السُّتُورُ قَد رُفِعَت فَأَشرَفَ عَلَيَّ أَطفَالٌ بِوُجُوهٍ كَالأَقمَارِ، وَقَرُبَ التِّنِّينُ مِنِّي، فَتَحَيَّرتُ فِي أَمرِي، فَصَاحَ بَعضُ الأَطفَالِ: وَيحَكُم أَشرِفُوا كُلُّكُم فَقَد قَرُبَ مِنهُ، فَأَشرَفُوا فَوجًا بَعدَ فَوجٍ، فَإِذَا بِابنَتِي الَّتِي مَاتَت قَد أَشرَفَت عَلَيَّ مَعَهُم، فَلَمَّا رَأَتنِي بَكَت وَقَالَت أَبِي وَاللهِ، ثُمَّ قَفَزَت كَرَميَةِ السَّهمِ حَتَّى صَارَت أَمَامِي، فَمَدَّت يَدَهَا الشِّمَالَ إِلَى يَدِي اليُمنَى فَتَعَلَّقتُ بِهَا، وَمَدَّت يَدَهَا اليُمنَى إِلَى التِّنِّينِ فَوَلَّى هَارِبًا، ثُمَّ أَجلَسَتنِي وَقَعَدَت فِي حِجرِي وَقَالَت: يَا أَبَتِ ﴿أَلَم يَأنِ للذِينَ ءَامَنُوا أَن تَخشَعَ قُلُوبُهُم لِذِكرِ اللهِ﴾، فَبَكَيتُ وَقُلتُ يَا بُنَيَّة أَنتُم تَعرِفُونَ القُرءَانَ؟، فَقَالَت: يَا أَبَتِ نَحنُ أَعرَفُ بِهِ مِنكُم، قُلتُ: فَأَخبِرِينِي عَن هَذَا التِّنِّينِ الَّذِي أَرَادَ أَن يُهلِكَنِي، قَالَت: ذَلِكَ عَمَلُكَ السُّوءُ، قَوَّيتَهُ (لِكَثرَةِ مَا كَانَ يَقَعُ فِي المَعَاصِي وَشُربِ الخَمرَ)، فَأَرَادَ أَن يُغرِقَكَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ، قُلتُ: أَخبِرِينِي عَنِ الشَّيخِ الَّذِي مَرَرتُ بِهِ فِي طَرِيقِي، قَالَت: يَا أَبَتِ، ذَلِكَ عَمَلُكَ الصَّالِحُ، أَضعَفتَهُ حَتَّى لَم يَكُن لَهُ طَاقَةٌ لِعَمَلِكَ السُّوءِ.

قَالَ: فَانتَبَهتُ فَزِعًا، فَلَّمَا أَصبَحتُ فَارَقتُ مَا كُنتُ عَلَيهِ وَتُبتُ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَهَذَا سَبَبُ تَوبَتِي.


Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar