Setiap Amal itu Tergantung Amal Terakhirnya
Wahai Saudaraku, saat ini banyak sekali orang yang sudah lalai dan banyak melakukan kemaksiatan dimana-mana. Orang-orang tidak lagi memikirkan hari akhiratnya, mereka seolah-olah ingin hidup di dunia selamanya, padahal itu tidak mungkin terjadi, karena setiap jiwa yang terlahir ke dunia pasti akan mengalami dan merasakan kematian.
كُلُّ نَفۡسࣲ ذَاۤىِٕقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ یَوۡمَ ٱلۡقِیَـٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَیَوٰةُ ٱلدُّنۡیَاۤ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلۡغُرُورِ
"Setiap Jiwa pasti akan merasakan kematian, dan sesungguhnya kalian akan diberikan balasan sempurna (bagi yang beramal shalih) untuk pahala-pahala kalian di hari kiamat, maka barangsiapa yang dijauhkan dari siksa api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia telah beruntung. Dan tidaklah kehidupan dunia itu kecuali hanya kesenangan yang memperdaya" (Q.S Ali Imran 185).
Ayat ini menjelaskan bahwa semua makhluk hidup di dunia ini (yakni manusia, hewan, jin dan malaikat - kecuali sebagain malaikat dijadikan kekal) pasti akan mengalami yang namanya kematian. Pasti akan mengalami yang namanya habisnya kehidupan duniawi. Kecuali beberapa makhluk yang dijadikan oleh Allah tidak mengalami kematian. Mereka yang dikecualikan ini tidak mati, dan Allah-lah yang menjadikannya abadi. Sedangkan semua makhluk yang dijadikan mati akan dibangkitkan dari kematian yakni di hidupkan lagi setelah kebangkitan dari kematian. Kehidupan itu adalah kehidupan yang dijadikan abadi oleh Allah, yaitu di kehidupan akhirat, hari kiamat. Kehidupan itu dimana disana akan diberikan setiap balasan atas amalan yang kita lakukan di dunia.
Maka sungguh beruntunglah orang yang mendapatkan anugerah besar dari Allah terjauhkan dari neraka dan masuk surga tanpa tersiksa terlebih dahulu. Namun alangkah ruginya mereka yang tidak dijauhkan dari neraka dengan segala adzab yang pedih sesuai yang layak mereka terima masing-masing, ada yang kekal di neraka dan tidak pernah keluar dari neraka, yaitu mereka adalah orang-orang yang tidak beriman alias kafir.
Sedangkan mereka yang tidak kekal di neraka maka kemudian akan dimasukkan ke surga setelah mendapatkan adzab yang pedih, yakni mereka yang mati dalam iman namun bergelimang dosa besar tanpa bertaubat darinya sebelum mati dan tidak mendapatkan ampunan, tidak mendapatkan rahmat ampunan dari Allah Ta'ala.
dan ingatlah juga pada ayat berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan jangan lah kalian mati kecuali kalian dalam keadaan muslim" (Q.S. Ali Imran 102).
Allah Ta'ala juga berfirman:
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ.
"Dan beribadahlah kepada Tuhan-mu sampai mendatangimu perkara yang diyakini itu (yakni ajalmu)" (Q.S. Al Hijr 99).
Ayat-ayat ini adalah perintah dari Allah Ta'ala agar kita bertaqwa, beriman dengan benar, dan melaksanakan segala kewajiban dan tidak melakukan sesuatu perkara yang diharamkan, dan Allah perintahkan kita untuk tetap teguhh dalam iman hingga mati dalam iman dan islam. Karena hanya inilah perkara yang menjadi sebab utama bagi hamba untuk tidak kekal di neraka.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم Bersabda:
إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالخَـوَاتِيْمُ
“Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung dengan amalan penutupannya”. (HR Bukhari)
Jika kita benar-benar mengambil i'tibar dan menyerapi dalam hati dengan bijak, maka akan sadarlah kita,betapa agungnya karunia Allah yang diberikan kepada kita dan betapa mulianya Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam menuntun kita.
Dalam hadits tersebut menjelaskan bahwa yang menjadi tolok ukur dari amalam kita adalah amalan terakhirnya. Dengan amalan apa yang menjadikan kita menutup mata terakhir di dunia, apakah dengan iman dan islam atau dengan kekufuran?? Maka berbahagialah bagi mereka siapa saja yang Allah jadikan amalan terakhirnya adalah keimanan. sehingga layaklah dia mendapatkan surga dengan kenikmatannya yang kekal abadi. Dan alangkah meruginya mereka siapa saja, orang yang menutup usianya dengan melakukan kekufuran kepada Allah dan Rasul-Nya, sehingga dia layak mendapatkan siksa di neraka dan menjadi ahli neraka dengan segala adzabnya yang pedih dan tiada akhirnya, abadi di dalam neraka.
Yaa Allah.... Wafatkan kami, (dan orang orang yang membaca ini) dalam keadaan beriman.
Kisah Seorang Ulama Alim yang Mati Kafir
Dikisahkan, dan diantara kisah-kisah nyata yang disebutkan oleh para ulama sejarah sebagai i'tibar (pelajaran) bagi kita adalah telah disebutkan bahwa beberapa abad yang lalu, di Baghdad ada salah seorang yang 'Alim dan sangat kuat sekali berhujjah, berdalil, dan sangat cepat berpikir untuk mematahkan argumen argumen orang-orang kafir. Namun disayangkan, dia ini seorang yang tidak betul niat di hatinya. Niatnya tidak ikhlas karena Allah. Dia ini sangat cinta dengan dunia, tidak bertaqwa yang sungguh-sungguh, dan tidak pula mengamalkan ilmunya sebagaimana mestinya.
Suatu ketika, dia diutus oleh pejabat setempat (semisal shulthan di wilayahnya) untuk pergi ke Romawi. Mendebat pendeta kaum musyrikin di sana. Maka setiba disana dengan mudah ia mematahkan argumen argumen para pendeta dengan hujjah dan dalil yang dia kuasai. Melihat hal itu, petinggi orang-orang kafir di Romawi menjadi sangat takut disebabkan olehnya akan banyak sekali rakyat Romawi yang masuk Islam.
Lalu, mereka meminta kepada Raja Romawi untuk menggunakan anak perempuannya (seorang putri Raja) untuk menggoda si Alim ini. Sang Raja pun setuju dan di dandanilah putri raja itu dengan sangat cantik dan mempesona. Sang Raja memberikan tugas kepada putrinya untuk membujuk si Alim ini agar tergoda sampai benar benar tergoda dengan putri raja yang cantik jelita. Akhirnya si Alim pun benar benar tergoda dan ingin menikahinya. Si Alim pun melamar putri itu kepada Sang Raja, namun sang raja mengajukan syarat agar menerima lamaran si Alim ini.
Sesuai dengan isyarat para pendeta kepada sang Raja bahwa "Jika sudah keadaan ingin menikahi putrinya, Raja menolak permintaan lamarannya kecuali jika dia mau menerima syarat, yaitu si Alim meninggalkan Islam." Sang Raja ini pun menentukan syarat kepada si Alim yang sedang melamar putrinya. Tipu muslihat mereka ini pun ternyata berhasil, disetujui oleh si Alim, bahwa dia benar benar keluar dari agama islam karena ingin menikahi putri Raja yang cantik Jelita. Maka jatuhlah si Alim ini dalam tipu daya mereka. Si Alim terhanyut dengan cinta buta, tergoda dengan kecantikan si putri raja yang kafirah itu, dia menjadi murtad karenanya.
Tidak lama dari kemurtadannya, Allah timpakan kepadanya musibah yang sangat dahsyat, bala yang mengerikan, Allah timpakan kepadanya penyakit yang menjijikan di badannya, dan hal itu menjadikan orang-orang kafir itu jijik kepadanya dan putri raja, yang dijadikan istrinya pun mencampakkannya dan mengusirnya dari istananya. Semakin parahlah penyakitnya dalam keterbuangannya itu. Dan hari hari pun berlalu. Dia senantiasa menanggung penyakitnya yang semakin parah, namun hal itu tidak membuat bertaubat dan kembali masuk Islam. Dia tetap menjadi kafir, tetap dalam murtadnya, sampai akhirnya suatu ketika lewatlah di dekatnya seorang laki-laki muslim dari Negeri Baghdad.
Laki-laki muslim itu pun melihatnya, memperhatikannya, lalu berkata kepadanya: "Sepertinya aku mengenalimu, aku pernah melihatmu sebelumnya, apa itu kamu, si fulan yang Alim dahulu pernah mengajar di negeri Baghdad??".
Orang itu pun menjawabnya: "Ya, itu saya"
Laki-laki itu berkata kepadanya: "Apakah yang terjadi padamu?"
Maka orang itu pun menceritakan kepadanya kisahnya, setelah itu laki-laki muslim ini berkata kepadanya: "Lalu apa yang menghalangimu untuk kembali kepada Islam? (Yakni, mengapa kamu tidak segera masuk Islam, kembalilah segera untuk masuk Islam dengan mengucap dua kalimat Syahadat).
Orang itu pun hanya terdiam (tidak mau masuk islam dengan bersyahadat seketika itu juga). Kemudian laki-laki muslim itu pun bertanya kepadanya: "Apakah kamu masih hafal suatu ayat dari kitabullah?"
Orang itu pun menjawabnya: "Hanya tinggal satu ayat saja"
Laki-laki muslim pun bertanya: "Apakah satu ayat itu?"
si Murtad menjawab dengan membaca:
رُّبَمَا يَوَدُّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَوۡ كَانُواْ مُسۡلِمِينَ
Kemudian, si murtad ini langsung mati setelah membacanya, mati dalam keadaan murtad, kekufuran, kekafiran.
Ayat ini maknanya: "Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim" (Q.S. Al Hijr 2)
Saudara dan saudariku yang se-Iman. Marilah kita tetap menjaga iman islam, baik dzahir maupun batin sampai akhir hayat kita. Hanya dalam keadaan mati islam, mati beriman kepada Allah, nanti di akhirat akan selamat. Terlalu murah di dunia ini apabila kemudian iman itu digadaikan dengan harta yang sebagian kecil di dunia.
