Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Haul Mbah Kyai Sholeh Darat Semarang

Alhamdulillah Tahun ini bisa berziarah di haulnya mbah Kyai Muhammad Sholeh Bin Umar, Darat, atau dikenal dengan Mbah Sholeh Darat. Haulnya di setiap tanggal 10 Syawwal Hijriyah.
Kyai Sholeh Darat ini adalah kyai yang berkah ilmunya, sehingga menghasilkan karya karya yang sangat bermanfaat untuk para pencari ilmu. diantara karya-karyanya adalah sebagai berikut:
  1. Kitab Matan Al hikam, di halaman 105 disebutkan: 'Lan ora arah, lan ora enggon, lan ora werno". yang artinya: "Dan -ALlöoh maha suci- dari arah, tempat dan warna" hal ini bisa disimpulkan bahwa: Allaah Ada Tanpa Tempat.
  2. Kitab Munjiyat, yang artinya penyelamat. 
  3. Kitab Faidhurrohman, yaitu kitab tafsir alquran pertama yang diterjemahkan dalam bahasa jawa arab (pegon)
  4. dll
Mbah Kyai Sholeh Darat adalah gurunya Raden Ajeng Kartini dari Jepara. dan Kitab Faidurrohman inilah hasil pertemuan RA Kartini dengan Kyai Sholeh Darat. Kitab itu ditulis karena ada permintaan dari RA Kartini yang dikarenakan saat itu, masyarakat jawa yang tidak ngaji di pesantren tidak bisa mengerti arti dari alquran. Sehinga Kartini menyebutnya sebagai orang gila, membaca tapi tidak tahu maksudnya.

Gurunya RA Kartini

Kala itu, diceritakan oleh Nyai Fadhila Sholeh (Cucu Kyai Sholeh Darat) dengan menulis kisah pertemuan Kakeknya dengan Kartini. 

Sudah ketentuan suratan takdir, bahwa Kartini bertemu dengan Mbah Kyai Sholel Darat di pengajian dalam rumahnya Bupati Demak, yang waktu itu oleh Pangeran Ario Hadiningrat, yang juga pamannya RA Kartini.

Waktu itu, Kartini diundang untuk mengikuti pengajian yang diadakan oleh Pamannya. dan Akhirnya datanglah RA Kartini kemudian menyimak dan ikut ngaji bersama Kyai Sholeh Darat. Kyai memberikan ilmu tafsir alquran di surat Al Fatihah kepada para jamaah pengajiannya, termasuk RA Kartini. Pengajian itu menggugah hati Kartini untuk mendalami Surat Al Fatihah dan seluruh Isi AlQuran. Keinginan untuk mendalami Al Quran ini karena Kartini tidak pernah tahu maknanya, karena saat itu belanda melarang menerjemahkan Al Quran ke dalam bahasa jawa. 

Selasi Pengajian, Kartini pun meminta pamannya untuk mempertemukannya dengan Kyai Sholeh Darat. Lalu pamannya menemani Kartini dengan Kyai Sholeh Darat. kemudian terjadilah dialog dengan Kyai Sholeh Darat:

Kartini: “Romo Kiyai, ada sesuatu yang terpikir oleh saya, yaitu bagaimanakah hukum jika seseorang yang mempunyai ilmu  dan menyembunyikan ilmu yang dimilikinya?”.

Sang Guru, Kyai Sholeh Dasat, terdiam sejenak dan kemudian balik bertanyal “Mengapa Raden-Ajeng Kartini bertanya hal demikian?”

Kartini; “Romo Kiyai, dari kecil sampai sekarang ini, saya baru tahu makna dari surat Alfatihah yang barusaja saya mengaji dengan kiayi. Surat Al-Fatihah ini adalah surat pertama dan juga induk Al-Quran. Isi Surat fatihah ini begitu indah, begitu menggetarkan sanubari-ku,”

Kyai Sholeh Darat tertegun dan terdiam, Kartini pun melanjutkan uneg-unegnya; “Rasa syukurku kepada Allah. Akan Tetapi, saya heran, mengapa selama ini, ulama tidak memperbolehkan menerjemahkan dan menafsirkan Al-Quran dalam Bahasa Jawa. Bukankah Al-Quran adalah bimbingan orang hidup bahagia dan sejahtera bagi seluruh manusia?”

Percakapan Murid dan Guru terhenti sejenak di situ. Kyai Sholeh Darat tidak bisa berkata apa-apa kecuali berkata "Subhanallaah". RA Kartini telah menyadarkan Kyai Sholeh Darat untuk melakukan penejemahan Al-Quran ke dalam Bahasa Jawa, inilah akhirnya tertulis kitab Faidurrohman yang tidak rampung (belum selesai).

Dalam pertemuan setelah ngaji itu, RA Kartini meminta Kyai Sholeh Darat untuk menerjemahkan Al-Qur’an ke basa jawa. Menurut RA Kartini, tidak ada gunanya membaca Kitab-Suci yang tidak diketahui maknanya.

Waktu itu, penjajah Belanda, secara resmi melarang para ulama menerjemahkan al-Qur’an. Sehingga Waktu itu, Kyai Sholeh Darat dengan teguh tetap menerjemahkan Al-Quran atas dasar dakwah yang lebih luas dari hasil pertemuan dengan Kartini. Kyai Sholeh Darat kemudian berhasil menerjemahkan Al-Qur’an dengan tulisan pegan (huruf “arab gundul” berbahasa jawa). Inilah keberhasilan Kyai Sholeh Darat yang aman dari penjajah belanda karena menerjemahkan Alquran tersebut. Al hasil, Kyai Sholeh Darat adalah pelopor penerjemah Alquran ke dalam bahasa Jawa.

Kitab terjemahannnya tersebut diberi nama Kitab Faidhur Ar-Rohman, yaitu kitab tafsir kali pertama di Dunia yang dengan bahasa Jawa pegon. Kemudian Kitab tersebut dihadiahkan kepada RA Kartini di pernikahannya dengan RM Joyodiningrat, Bupati Rembang. Kitab tersebut baru sampai pada surat Ibrahim dan belum sampai selesai seluruh surat Al-Qur'an.

Kartini sungguh sangat berterimakasih kepada Kyai Sholeh Darat dan berkata: 
“Selama ini surat Fatihah gelap bagi saya. Saya tidak mengerti sedikit-pun maknanya. Tetapi sejak saat itu, ia (surat fatihah) menjadi terang benderang sampai kepada makna tersiratnya, sebab Romo Kiyai telah sudi menerangkan-nya dalam bahasa Jawa yang saya memahaminya.”
inilah sebenarnya, dasar dari buku; “-Habis gelap terbit-lah terang-”. Cucu Kyai Sholeh Darat pun memberi klarifikasi dari buku tersebut yang dasarnya tidak dari se-kumpulan surat-menyurat Kartini. Semoga sejarah menjadi benar kembali.

Setelah diberi hadiah kitab tersebut, Kartini terus mempelajarinya yang kemudian ia menemukan ayat yang menyentuh qolbunya, yaitu:
"Orang-orang yang beriman dibimbing oleh Allooh dari gelap menuju cahaya (terang)" (Q.S. al-Baqoroh: 257).
Berikut adalah bukti kebenaran cerita ini dimana dalam banyaknya surat Kartini kepada Abendanon, Kartini banyak mengulang-ngulang kata; “Dari gelap menuju cahaya” yang dalam bahasa Belanda tertulis: “Door Duisternis Toot Licht”. Oleh Armijn Pane, Kalimat ini diterjemahkan menjadi; “Habis Gelap Terbitlah Terang”, Kalimat inilah yang jadi judul buku kumpulan surat RA Kartini.

Kitab Tafsir pegon oleh Kyai Sholeh Darat ini terus dipelajari Kartini dengan serius setelah pernikahannya, hampir di-setiap waktu luang-nya. Perjalanan penafsiran Oleh Kyai Sholeh Darat ini hanya sampai pada surat Ibrahim, karena Kyai Sholeh Darat meninggal Dunia setelah selesai menafsirkan Surat Ibrahim untuk Kartini.

Kyai Sholeh Darat mengubah sosok Kartini menuju perjalanan spiritual. Sehingga mengubah pandangan Kartini tentang Eropa (negara barat). Terbukti di surat Kartini tanggal, 27 Oktober 1902, yang ditujukan kepada Ny. Abendanon.
"Sudah lewat masanya, semula kami (Kartini) mengira masyarakat Eropa (negara barat) itu benar-benar terbaik, tiada-tara. Saat ini, Maafkan kami. Apakah Ny. menganggap masyarakat Eropa itu benar-benar sempurna? Dapatkah Ny. menyangkal bahwa dibalik yang indah dalam masyarakat Ny. terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban. Tidak sekalikali kami hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang setengah Eropa, atau orang Jawa kebaratbaratan".
Terbukti juga dalam Surat Kartini yang ditujukan kepada Ny Van Kol, tertanggal 21 Juli 1902. tertulis:
"Saya (Kartini) bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat Allah, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama yang disukai".
Bukti lain, dalam surat tertuju Ny Abendanon, tanggal 1 Agustus 1903, tertulis; "Ingin benar saya (Kartini) menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah".

Gurunya Pendiri Muhammadiyah dan Pendiri NU

Kyai Sholeh Darat adalah guru besar KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhamadiyah) dan juga KH Hasyim Asyari (pendiri Nahdlatul Ulama). Beliau hidup di abad 19 dan awal abad 20 di tanah Jawa. Kyai Sholeh Darat hidup sejaman dengan Syekh Nawawi AlBantani dari Banten, dan KH Kholil Bangkalan, Madura. Mbah Kholil dan Mbah Sholeh Darat ini adalah guru-guru hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari Pendiri NU.

Kyai Sholeh Darat lahir di Desa Kedung Jumbleng, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara. Lahir Tahun sekitar 1820 M atau 1235 H. Kyai Sholeh Darat mempunyai ayah, KH Umar yang menjadi guru spiritualnya Pangeran Diponegoro. Kyai Sholeh Darat berguru kepada ayahnya sendiri dan setelah mempunyai bekal ilmu agama, Kyai Sholeh Darat berguru beberapa ulama. salah satunya adalah gurunya yang bernama KH Syahid Waturaja. Kyai Sholeh Darat mengaji kitab fiqih kepadanya.

Kemudian Kyai Sholeh Darat berguru kepada KH. Muhammad Sahid, cucu dari Syaikh Ahmad Mutamakkin, Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah, yang hidup di zaman kerajaan Mataram Kartosuro pada abad ke-18. Dengan beliau, Kyai Sholeh Darat mengaji Fiqih dengan cepat.

Perguruan berlanjut kepada Raden KH Muhammad Shalih bin Asnawi, Kudus, Jawa Tengah. Kyai Sholeh Darat mengaji Kitab Tafsir Jalalain as-Suyuti. setelah mendalami Tafsir, kemudian berguru dengan Kyai Iskak Damaran, Semarang. Kyai Sholeh Darat mengaji Nahwu dan Sharaf serta ilmu alat lainnya. Setelah selesai, lalu kyai Sholeh Darat berguru kepada Kyai Abu Abdillah Muhammad Hadi bin Baquni dengan mengaji ilmu Falakiyah.

Masih di Semarang, Kyai Sholeh Darat berguru lagi dengan Habib Ahmad Bafaqih Ba’lawi, mengaji kitab Jauharahut-Tauhid (karya Syaikh Ibrahim al-Laqani) dan kitab Minhajul Abidin (karya Al Imam Al-Ghazali). Kemudian berguru lagi dengan Syaikh Abdul Ghani, kyai Sholeh Darat mengaji kitab Masa’il as-Sittin (karya Abu al-Abbas Ahmad al-Misri).

Kemudian, berguru lagi kepada Kyai Syada' dan juga Kyai Murtadlo. Dan Akhirnya, kyai Murtadlo meminta menjadi menantunya. Habis menikah, Kyai Sholeh Darat berkelana ke negeri arab, Tanah Haram. Kyai Sholeh Darat banyak berguru dengan ulama-ulama besar, diantaranya

  1. Syekh Muhammad al-Muqri, 
  2. Syekh Muhammad ibn Sulaiman Hasbullah al-Makki, 
  3. Sayyid Ahmad ibn Zaini Dahlan, 
  4. Syekh Ahmad Nahrawi, 
  5. Sayyid Muhammad Salen ibn Sayyid Abdur Rahman az-Zawawi, 
  6. Syekh Zahid, 
  7. Syekh Umar asy-Syami, 
  8. Syekh Yusuf al-Mishri,
  9. dan lain-lain. 

Di Tanah Arab ini, Kyai Sholeh Darat mendapat ijin dari gurunya untuk mengajar di Makkah. Disinilah dimulai ia menjadi guru, yang didatangi banyak murid, terutama Indonesia.

Kyai Sholeh Darat kemudian kembali ke Semarang dan mengabdi kepada tanah airnya. Ia membangun pondok pesantren di Darat, Semarang. Pondok pesantren yang didirikan kyai Sholeh Darat lahir para ulama besar Indonesia, antara lain:

  1. Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, 
  2. KH Mahfuz Termas, pakar hadits, pendiri Pesantren Termas Pacitan, 
  3. KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, 
  4. KH Idris, pendiri Pesantren Jamsaren Solo
  5. KH Sya’ban, ahli ilmu falak yang tersohor,
  6. KH Bisri Syamsuri, 
  7. KH Nahrowi Dalhar, pendiri Pesantren Watucongol, Muntilan, 
  8. RA Kartini, murid Spiritual Kyai Sholeh Darat
  9. dan lain sebagainya yang tersebar di Nusantara.

Pemikiran dan Ajaran

Kyai Shaleh Darat adalah ahli ilmu kalam. Beliau dengan tegas dan kuat mengajarkan kepada santrinya tentang ilmu Kalam.
Salah satu bukti ilmu kalam yang diajarkan ada di Kitab Matan Al Hikam, karya beliau. Di kitab tersebut halaman 105, disebutkan:
"Lan ora arah, lan ora enggon, lan ora werno."
Dan -ALlöh maha suci- dari arah, tempat dan keserupaan. Allah Ada Tanpa Tempat. 
ini menunjukkan bahwa kekuatan ilmu kalam dari imam Asy'ariyah dan imam Maturidiyyah sangat kuat. di kitab terjemah Sabilul ’Abid ‘ala Jauharut-Tauhid, Kyai Sholeh Darat mensyarahi tafsiran Hadits Rasulullaah Shollalloohu Alaihi Wasallam, tentang umat islam terpecah menjadi 73 golongan sepeninggal Beliau, dan hanya satu golongan yang selamat.

Kyai Shaleh Darat menjelaskan bahwa yang dimaksud Nabi Muhammad Shollalloohu Alaihi Wasallam, golongan yang selamat adalah mereka yang berkelakuan seperti yang dilakukan oleh Rasulullah, yaitu mengerjakan pokok-pokok ajaran Ahlussunah Waljamaah, Asy’ariyah, dan Maturidiyah.

Kyai Sholeh Darat juga berpesan untuk gemar menuntut ilmu. Beliau berkata; “Inti sari Al-quran adalah dorongan kepada setiap manusia agar mempergunakan akal-nya untuk memenuhi tuntutan hidup-nya dunia dan akhirat”. Ilmu yang wajib dipelajari adalah ilmu Keimanan. Kitab Tarjamah Sabilul ‘Abid ‘Ala Jauharut Tauhid, Kyai Sholeh Darat mengatakan, "orang yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan sama-sekali dalam ke-imanan-nya, akan jatuh pada paham dan pemahaman yang sesat".

Paham sesat seperti ajaran kebatinan yang mengajarkan bahwa amal yang diterima oleh Allah adalah amaliyah hati, paham ini sama dengan paham manunggaling kawulo Gusti yang diajarkan Siti Jenar. Paham ini berakhir tragis pada perbuatan taklid buta. Keimanan orang yang taklid buta tidak sah menurut ulama -muhaqqiqin-,. Kyai Sholeh Darat juga memperingatkan agar masyarakat awam tidak terpesona/terkagum oleh perbuatan orang yang mengaku mempunyai ilmu hakekat tapi meninggalkan amalan syariat, seperti meninggalkan sholat Fardhu dan amalan fardhu lainnya. Dengan tegas ia mengatakan bahwa "Kemaksiatan berbungkus kebaikan tetap saja namanya kebatilan".

Karya-Karyanya

Kyai Sholeh Darat merupakan kyai yang sederhana, kesederhanaan terbukti dari berbagai karyanya. Beliau selalu merendah dan mengaku dirinya sebagai orang Jawa yang tak faham seluk-beluk bahasa Arab. Terbukti di setiap prolog selalu tertulis, “buku ini dipersembahkan untuk orang-awam dan orang-orang bodoh seperti saya”.

Kitab Terjemahan Matan al-Hikam di pendahuluannya tertulis,
“kitab ini adalah ringkasan dari Matan alHikam karya Al Alamah al Arif billah Syaikh Ahmad Ibn Atho’illaah, saya ringkas sepertiga dari asal, agar memudahkan orang awam seperti saya, saya terjemahkan dalam bahasa Jawa agar cepat paham untuk orang yang mau belajar agama atau mengaji".
Kesederhanaan ini bertujuan untuk menjadi kitab yang terarah sehingga orang cepat memahami walaupun yang belajar tidak mengerti benar bahasa arab.

Berikut adalah kitab karya Kyai Sholeh Darat:
  1. Majmu’ah asy-Syari’ah al-Kafiyah lil ’Awam, kitab tentang ilmu syariat untuk orang awam;
  2. Munjiyat, kitab tentang penyelamat orang tasawuf Imam Ghazali.
  3. Matan al-Hikam, Kitab Tasawuf,
  4. Latha’if at-Thaharah, Kitab tentang hukum bersuci (fikih).
  5. Manasik Hajj, Kitab tentang tata cara berhaji.
  6. Ash-Shalah, Kitab tata cara mengerjakan sembahyang.
  7. Tarjamah Sabil al-`Abid `ala Jauharah at-Tauhid, Kitab akidah Ahlissunnah wal Jamaah, mengikut pegangan Imam Abul Hasan al-Asy`ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi.
  8. Mursyid al-Wajiz, kitab tasawuf dan juga akhlak.
  9. Minhaj al-Atqiya’, kitab tentang tasawuf dan akhlak.
  10. Haditsul Mi’raj, kitab tentang perjalanan Mikroj Nabi Muhammad Shollalloohu Alaihi Wasallam.
  11. Asrar as-Shalah, kitab tentang rahasia-rahasia shalat.
  12. dan masih banyak lagi yang belum terpublikasi.

Kyai Shaleh Darat wafat di Kota Semarang, pada hari Jum’at Wage tanggal 28 Ramadan 1321 H atau tanggal 18 Desember 1903 M. Beliau wafat dalam usia 83 tahun. Wallaohu A'lam Bisshowab. Haulnya setiap tanggal 10 Syawwal. Tahun 2019 ini bertepatan dengan tanggal 14 Juni 2019.

Agenda Ziarah Syawalan Semarang adalah:
1. Syaikh Ibrahim, Brumbung Mranggen Demak
2. Syaikh Shodiq/Mbah Jago, Wringin Jajar Mranggen Demak
3. Syaikh Maulana Jumadil Kubro, Terboyo kulon Semarang
4. Sunan Terboyo, Terboyo, Semarang
5. Sunan Pandanaran, Jl. Mugas Dalam II/4, Kel Mugasari, Semarang
6. KH Sholeh Darat, Bergota Semarang
7. Habib Hasan bin Thoha bin Yahya, Lamper Kidul Semarang
8. Syaikh Sulaiman Cagak Luas, Patemon Gunungpati Semarang

Posting Komentar untuk "Haul Mbah Kyai Sholeh Darat Semarang"