Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Wali Sholih Dzul Qornain

الولي الصالح الصعب ذو القرنين


Kisah Wali Sholih Dzul Qornain

مِمَّا ذُكِرَ فِى الْقُرْءَانِ الْكَرِيمِ قِصَّةُ سَيِّدِنَا ذِى الْقَرْنَيْنِ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ وَأَرْضَاهُ الَّذِى كَانَ مِنْ أَوْلِيَاءِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ الْكِبَارِ فَمَا اسْمُهُ وَمَاذَا فَعَلَ

Disebutkan di dalam Al Quran Al Karim kisah Sayyiduna Dzul Qornain yang merupakan wali Allah, Wali yang sholih dan wali besar sebagaimana namanya.

اسْمُهُ الصَّعْبُ بنُ الْحَارِثِ وَقِيلَ الصَّعْبُ بنُ ذِى مَرَائِدَ وَهُوَ أَشْهَرُ التَّبَابِعَةِ الَّذِينَ هُمْ مُلُوكُ الْيَمَنِ وَذَكَرَهُ أَحَدُ أَحْفَادِهِ فِي شِعْرٍ قَدِيمٍ مِنْهُ

Nama Dzul Qornain adalah As Sha'b bin Al Harits, ada juga yang mengatakan As Sha'b bin Dzi Maraid. Beliau dikenal dari Taba-bi'ah, daerah yang dikenal asal raja raja negeri yaman. Dan salah seorang keturunannya menyebut Dzul Qornain di dalam syairnya.

قَدْ كَانَ ذُو الْقَرْنَيْنِ جَدِّى مُسْلِمًا … مَلِكًا عَلا فِى الأَرْضِ غَيْرَ مُبَعَّدِ

بَلَغَ الْمَشَارِقَ وَالْمَغَارِبَ يَبْتَغِى … أَسْبَابَ مُلْكٍ مِنْ كَرِيمٍ سَيِّدِ

Kakek saya, Dzul Qornain, adalah seorang muslim # Seorang Raja yang dimuliakan di muka bumi dan tidak akan pernah hilang

Kakek Saya seorang Pengembara, yang mengjangkau Timur dan Barat # itulah Sebabnya ia dikenal seorang Raja yang murah hati

وَيُرْوَى أَنَّ سَيِّدَنَا الْخَضِرَ كَانَ وَزِيرَهُ وَعَلَى مُقَدَّمَةِ جَيْشِهِ. وَقَدْ حَجَّ ذُو الْقَرْنَيْنِ مَاشِيًا مِنَ الْيَمَنِ إِلَى مَكَّةَ الْمُكَرَّمَةِ وَالْتَقَى بِسَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ عَلَيْهِمَا السَّلامُ وَطَافَ مَعَهُمَا حَوْلَ الْكَعْبَةِ الْمُشَرَّفَةِ وَذَبَحَ الذَّبَائِحَ لِلَّهِ تَعَالَى وَلَمَّا سَمِعَ سَيِّدُنَا إِبْرَاهِيمُ بِقُدُومِهِ اسْتَقْبَلَهُ وَدَعَا لَهُ وَأَوْصَاهُ بِوَصَايَا وَجِىءَ لَهُ بِفَرَسٍ لِيَرْكَبَهَا فَقَالَ تَأَدُّبًا لا أَرْكَبُ فِى بَلَدٍ فِيهِ الْخَلِيلُ إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلامُ فَسَخَّرَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ السَّحَابَ وَبَشَّرَهُ سَيِّدُنَا إِبْرَاهِيمُ بِذَلِكَ فَكَانَتْ تَحْمِلُهُ إِذَا أَرَادَ. وَكَانَ مِنْ أَمْرِهِ أَنَّ اللَّهَ مَدَّ لَهُ فِى عُمُرِهِ وَنَصَرَهُ حَتَّى قَهَرَ الْبِلادَ وَفَتَحَ الْمَدَائِنَ وَسَارَ حَتَّى أَتَى الْمَشْرِقَ وَالْمَغْرِبَ فَمَنِ اتَّبَعَ دِينَ الإِسْلامِ سَلِمَ وَإِلَّا فَقَدْ أَخْزَاهُ.

Dan diriwayatkan, sesungguhnya sayyidina khadir adalah seorang menteri daripada raja Dzul Qornain dan pemimpin pasukannya. Dan ketika Raja Dzul Qornain haji bersama rombongan, berjalan kaki dari Negeri Yaman ke kota suci Makkah, dan bertemu dengan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail kemudian melakukan thowaf bersama-sama (bersama Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail) mengelilingi ka'bah dan melakukan ibadah qurban.

Ketika Nabi Ibrahim mendengar akan kedatangan Dzul Qornain (beserta rombongannya), beliau menyambutnya, mendoakannya, dan memberinya nasihat (memberikan wasiat agama). Dan setelah itu, Nabi Ibrahim membawakan kuda untuk Dzul Qornain untuk di tunggangi. Akan tetapi, Dzul Qornain berkata dengan penuh hormat, "Aku tidak akan berkuda di negeri tempat sahabatku Nabiyullah Ibrahim, berada". Atas perkataan tersebut, Allah memberikan karunia dengan munundukkan awan-awan kepada Dzul Qornain (dari sinilah karomah wali Dzul Qornain bisa terbang dibawa awan kemanapun ia pergi), dan Nabi Ibrahim memberikan kabar baik (karomah awan awan yang tunduk kepadanya) kepada Dzul Qornain dan awan-awan itu akan membawanya kemanapun ia pergi dan kapan pun ia mau.

Dan sudah menjadi tugas Dzul Qornain (untuk berjuang dan berdakwah), Allah memanjangkan umurnya, dan memberikan pertolongan (kemenangan) hingga ia menaklukkan negeri-negeri, membuka kota-kota, dan memperluas wilayah hingga mencapai timur dan barat dengan islam. Maka barangsiapa yang mengikuti agama islam, maka ia akan selamat, sedangkan yang menolaknya maka ia akan celaka dan tercela.

وَمِمَّا أَكْرَمَهُ اللَّهُ بِهِ مِنَ الْكَرَامَاتِ الْبَاهِرَةِ أَنْ عَلَّمَهُ مَعَالِمَ الأَرْضِ وَءَاثَارَهَا وَكَانَ لَدَيْهِ فَهْمٌ لِلُّغَاتِ الْمُخْتَلِفَةِ فَكَانَ لا يَغْزُو قَوْمًا إِلَّا حَدَّثَهُمْ بِلُغَتِهِمْ.

Dan diantara karomah yang diberikan Allah kepadanya adalah bahwa Allah memahamkan ia untuk mengenal tanda-tanda dan misteri misteri yang ada di muka bumi, dan ia menguasai berbagai bahasa yang ada di muka bumi. Oleh karena itu, setiap negeri yang di serang dan dimasukinya, ia akan berbicara dengan penduduk negeri tersebut dengan bahasa penduduknya.

وَمِنَ النِّعَمِ الَّتِى أُعْطِيَتْ لَهُ أَنْ سَخَّرَ اللَّهُ لَهُ نُورًا وَظُلْمَةً فَكَانَ إِذَا مَشَى فِى اللَّيْلِ يُنَوَّرُ طَرِيقُهُ وَيَكُونُ الظَّلامُ خَلْفَهُ وَأَحْيَانًا تُسَلَّطُ الظُّلْمَةُ بِإِذْنِ اللَّهِ عَلَى أَقْوَامٍ رَفَضُوا دِينَ الإِسْلامِ وَحَاوَلُوا مُحَارَبَةَ ذِى الْقَرْنَيْنِ فَتَدْخُلُ الظُّلْمَةُ أَفْوَاهَمْ وَبُيُوتَهُمْ وَتَغْشَاهُمْ مِنْ جَمِيعِ الْجِهَاتِ حَتَّى يَتَرَاجَعُوا وَهَذَا مَا حَصَلَ مَعَهُ حِينَ سَارَ ذَاتَ يَوْمٍ إِلَى مَوْضِعٍ فِى الْمَغْرِبِ حَيْثُ تَغْرُبُ الشَّمْسُ فَرَأَى هُنَاكَ قَوْمًا كَافِرِينَ قَدْ ظَلَمُوا وَأَجْرَمُوا وَأَكْثَرُوا الْفَسَادَ وَسَفَكُوا الدِّمَاءَ فَخَيَّرَهُمْ بَيْنَ أَنْ يُعَذَّبُوا بِعَذَابٍ شَدِيدٍ وَيُوضَعُوا فِى ثِيرَانٍ نُحَاسِيَةٍ مُحَمَّاةٍ وَبَعْدَ مَوْتِهِمْ يَكُونُ لَهُمْ عَذَابٌ أَكْبَرُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَبَيْنَ أَنْ يُؤْمِنُوا وَيَعْمَلُوا الصَّالِحَاتِ فَيَكُونَ لَهُمُ النَّعِيمُ الْكَبِيرُ فِى الْجَنَّةِ وَأَقَامَ فِيهِمْ مُدَّةً يَنْشُرُ الْهُدَى والْخَيْرَ.

Dan diantara nikmat dan karomah yang diberikan Allah kepadanya adalah Allah menundukkan cahaya dan kegelapan. Maka, ketika Dzul Qornain berjalan di malam hari, jalannya akan diterangi, dan kegelapan akan berada di belakangnya. 

Terkadang, dengan izin Allah, kegelapan akan menguasai orang-orang yang menolak agama Islam dan mencoba memerangi Dzul Qarnain. Kegelapan akan memasuki mulut dan rumah mereka, menutupi mereka dari segala sisi hingga mereka mundur. Inilah yang terjadi padanya ketika suatu hari ia bepergian ke suatu tempat di barat tempat matahari terbenam, dan ia melihat di sana sekelompok orang kafir yang telah berbuat dzalim, melakukan kejahatan, memperbanyak kerusakan, dan menumpahkan darah (pembunuhan). 

Maka Dzul Qarnain memberi mereka pilihan antara dihukum berat atau ditempatkan (dikurung) di dalam banteng perunggu (tembok besar) yang membara, dan setelah kematian mereka akan ada hukuman yang lebih berat bagi mereka pada Hari Kiamat kelak, atau mereka mau beriman dan mengerjakan amal shaleh, dan mereka akan mendapatkan kebahagiaan yang besar di Surga. Dan dalam dakwahnya, Dzul Qarnain tinggal di antara mereka untuk suatu masa (periode), guna menyebarkan petunjuk islam dan kebaikan.

ثُمَّ بَدَا لَهُ أَنْ يَذْهَبَ مِنْ مَغْرِبِ الشَّمْسِ إِلَى مَشْرِقِهَا وَمَطْلَعِهَا حَتَّى وَصَلَ إِلَى أَرْضٍ لَيْسَ فِيهَا عُمْرَانٌ وَلا جِبَالٌ وَلا أَشْجَارٌ وَهُنَاكَ وَجَدَ قَوْمًا أَمْرُهُمْ عَجِيبٌ وَهُوَ أَنَّهُمْ إِذَا طَلَعَتْ عَلَيْهِمُ الشَّمْسُ دَخَلُوا فِى أَنْفَاقٍ حَفَرُوهَا فِى الأَرْضِ هَرَبًا مِنْ حَرِّ الشَّمْسِ الْقَوِىِّ اللَّاهِبِ أَوْ غَاصُوا فِى الْمَاءِ فَإِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ خَرَجُوا وَاصْطَادُوا السَّمَكَ.

Kemudian, setelah itu, Dzul Qarnain pergi dari barat ke timur, tempat matahari terbit, hingga ia mencapai daratan tanpa pemukiman, gunung, atau pepohonan. Di sana ia menemukan suatu kaum yang perilakunya aneh, yaitu ketika matahari terbit, mereka memasuki terowongan yang mereka gali di dalam tanah untuk menghindari terik matahari yang menyengat, atau mereka menyelam ke dalam air. Kemudian ketika matahari terbenam, mereka pergi menangkap ikan.

وَمَرَّةً جَاءَهُمْ جَيْشٌ فِى اللَّيْلِ فَقَالُوا لِعَسَاكِرِهِ لا تَبْقُوا هُنَا لِئَلَّا تَطْلُعَ الشَّمْسُ عَلَيْكُمْ فَقَالَ الْعَسَاكِرُ لَنْ نَتْرُكَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ الْتَفَتُوا فَوَجَدُوا عِظَامًا كَثِيرَةً فَسَأَلُوا الْقَوْمَ عَنْهَا فَقَالُوا هَذِهِ عِظَامُ جَيْشٍ وَجُثَثُهُ طَلَعَتْ عَلَيْهِمُ الشَّمْسُ مُنْذُ وَقْتٍ هَاهُنَا فَمَاتُوا فَوَلَّى الْجَيْشُ هَارِبًا.

Suatu ketika, suatu pasukan datang kepada mereka di malam hari, dan mereka berkata kepada para prajuritnya, "Jangan tinggal di sini, nanti matahari terbit." Para prajurit berkata, "Kami tidak akan pergi sampai matahari terbit." Kemudian mereka berbalik dan menemukan banyak tulang, jadi mereka bertanya kepada orang-orang tentangnya. Mereka berkata, "Ini adalah tulang dan mayat pasukan, dan matahari terbit di sini beberapa waktu yang lalu, dan mereka mati." Maka pasukan itu berbalik dan melarikan diri.

   انْطَلَقَ سَيِّدُنَا ذُو الْقَرْنَيْنِ غَازِيًا مُجَاهِدًا مَنْصُورًا مُظَفَّرًا حَتَّى وَصَلَ إِلَى بَلادِ مَا بَيْنَ الْجَبَلَيْنِ وَهُمَا جَبَلانِ مُتَقَابِلانِ عَالِيَانِ أَمْلَسَانِ وَيَسْكُنُ بَيْنَهُمَا قَوْمٌ لا تَكَادُ تَعْرِفُ لُغَتَهُمْ قَدْ جَاوَرُوا قَوْمًا خُبَثَاءَ هُمْ قَوْمُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَهُمْ قَوْمٌ فِى الأَرْضِ مُفْسِدُونَ ضَالُّونَ مُضِلُّونَ.

(mendengar hal itu) berangkatlah Sayyiduna Dzul Qarnain, dan bertempur, berjuang, lalu menang, dan berjaya, hingga ia mencapai daerah dimana tempat di antara dua gunung. Dua gunung yang tinggi dan licin ini saling berhadapan. Di antara keduanya hiduplah suatu kaum yang bahasanya hampir tak dapat dipahami. Mereka tinggal bersebelahan dengan kaum yang jahat, kaum Ya'juj dan Ma'juj, yang merupakan kaum yang merusak, sesat, dan menyesatkan di bumi.

وَلَمَّا رَأَى أَهْلُ مَا بَيْنَ الْجَبَلَيْنِ أَنَّ ذَا الْقَرْنَيْنِ مَلِكٌ قَوِىٌّ شَدِيدُ الْمِرَاسِ وَاسِعُ السُّلْطَانِ كَثِيرُ الأَعْوَانِ الْتَجَأُوا إِلَيْهِ طَالِبِينَ أَنْ يُقِيمَ سَدًّا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ جِيرَانِهِمْ يَفْصِلُ بِلادَهُمْ وَيَمْنَعُ عَنْهُمْ عُدْوَانَهُمْ عَلَى أَنْ يُعْطُوهُ أَجْرَهُ فَقَالَ ذُو الْقَرْنَيْنِ بِعِفَّةٍ وَصَلاحٍ مَا مَكَّنَنِى فِيهِ رَبِّى وَأَعْطَانِى مِنَ الْمُلْكِ خَيْرٌ لِى مِنَ الَّذِى تَجْمَعُونَهُ وَلَكِنْ سَاعِدُونِى بِقُوَّةِ عَمَلِكُمْ وَبِالآتِ الْبِنَاءِ لِعَمَلِ السَّدِّ فَجَاءُوهُ بِقِطَعِ الْحَدِيدِ الضَّخْمَةِ حَسَبَ طَلَبِهِ فَكَانَتْ كُلُّ قِطْعَةٍ تَزِنُ قِنْطَارًا أَوْ أَكْثَرَ وَوَضَعَهَا بَيْنَ الْجَبَلَيْنِ الْوَاحِدَةُ فَوْقَ الأُخْرَى مِنَ الأَسَاسِ حَتَّى إِذَا وَصَلَ قِمَّةَ الْجَبَلَيْنِ أَحَاطَ الْقِطَعَ الْحَدِيدِيَّةَ بِالْفَحْمِ وَالْخَشَبِ وَأَضْرَمَ النَّارَ فِيهَا وَأَمَرَ بِالنَّفْخِ عَلَيْهَا بِالْمَنَافِخِ حَتَّى تُحَمَّى ثُمَّ جَاءَ بِالنُّحَاسِ الْمُذَابِ مَعَ الرَّصَاصِ فَأَفْرَغَهُمَا عَلَى تِلْكَ الْقِطَعِ الْحَدِيدِيَّةِ فَالْتَأَمَتْ وَاشْتَدَّتْ وَالْتَصَقَتْ بِبَعْضِهَا حَتَّى صَارَتْ سَدًّا شَامِخًا أَمْلَسَ سَمِيكًا جِدًّا يَصِلُ ارْتِفَاعُهُ إِلَى مِائَتَيْنِ وَخَمْسِينَ ذِرَاعًا يَصْعُبُ الصُّعُودُ عَلَيْهِ إِذْ لا نُتُوءَ وَلا ثُقُوبَ فِيهِ وَيَصْعُبُ بِالتَّالِى ثَقْبُهُ.

Ketika penduduk lembah (diantara dua gunung) tersebut menyadari, bahwa Raja Dzul Qarnain adalah seorang raja yang kuat dan sakti serta cerdas dalam peperangan. Juga memiliki kekuasaan yang luas, dan banyak pasukan, akhirnya mereka berlindung kepadanya (meminta perlindungan kepada Dzul Qarnain), memintanya untuk membangun tembok pemisah antara mereka dan tetangga mereka (Ya'juj dan Ma'juj), memisahkan wilayah mereka dan mencegah agresi (serangan) mereka, dengan syarat mereka memberinya upah. 

Maka berkatalah Dzulkarnain dengan penuh kesucian dan kebenaran, "Apa yang telah dianugerahkan Tuhanku kepadaku dan dianugerahkan kepadaku dari kerajaan itu lebih baik bagiku daripada apa yang kalian kumpulkan. Namun, bantulah aku dengan kekuatan kerja kalian dan dengan peralatan bangunan untuk membangun benteng itu." 

Maka mereka membawakannya potongan-potongan besi yang sangat besar sesuai permintaannya, masing-masing beratnya satu qintar (kuintal) atau lebih, dan ia menempatkannya di antara dua gunung, yang satu di atas yang lain. Yang satu lagi dibangun dari fondasinya, hingga ketika ia mencapai puncak kedua gunung itu, ia melapisi potongan-potongan besi itu dengan batu bara dan kayu, membakarnya, dan memerintahkannya untuk ditiup dengan bel hingga panas. 

Kemudian ia membawa tembaga cair dan timah hitam dan menuangkannya ke atas potongan-potongan besi itu, sehingga keduanya disatukan, diperkuat, dan direkatkan hingga menjadi benteng kokoh yang menjulang tinggi. Benteng (tembok) itu sangat halus dan tebal, mencapai ketinggian dua ratus lima puluh hasta. Benteng itu sulit didaki, karena tidak memiliki tonjolan (pijakan) atau lubang, sehingga sulit untuk ditembus.

   وَلَمَّا بَنَى ذُو الْقَرْنَيْنِ السَّدَّ بِعَوْنِ اللَّهِ وَتَوْفِيقِهِ ﴿قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِّنْ رَّبِّى فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّى جَعَلَهُ دَكَّاءَ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّى حَقًّا﴾ [سُورَةَ الْكَهْف] وَحَجَزَ قَوْمَ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ خَلْفَهُ وَقَدْ أَخْبَرَ عَنْهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ لا يَمُوتُ أَحَدُهُمْ حَتَّى يَلِدَ أَلْفًا مِنْ صُلْبِهِ أَوْ أَكْثَرَ وَسَيَصِيرُ عَدَدُهُمْ قَبْلَ خُرُوجِهِمْ كَبِيرًا جِدًّا حَتَّى إِنَّ الْبَشَرَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِالنِّسْبَةِ لَهُمْ مِنْ حَيْثُ الْعَدَدُ كَوَاحِدٍ مِنْ مِائَةٍ وَلَمْ يَثْبُتْ مَا يُرْوَى أَنَّ ءَاذَانَهُمْ طَوِيلَةٌ يَنَامُونَ عَلَى وَاحِدَةٍ وَيَتَغَطُّونَ بِالأُخْرَى وَأَنَّهُمْ قِصَارُ الْقَامَةِ. وَهُمْ يُحَاوِلُونَ أَنْ يَخْتَرِقُوا هَذَا السَّدَّ كُلَّ يَوْمٍ فَلا يَسْتَطِيعُونَ وَيَقُولُونَ كُلَّ يَوْمٍ بَعْدَ طُولِ عَمَلٍ وَجُهْدٍ غَدًا نُكْمِلُ فَيَعُودُونَ فِى الْيَوْمِ الْقَابِلِ فَيَجِدُونَ مَا فَتَحُوهُ قَدْ سُدَّ وَيَبْقَوْنَ هَكَذَا يَعْمَلُونَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى أَنْ يَقُولُوا غَدًا نُكْمِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ فَيَعُودُونَ فِى الْيَوْمِ الْقَابِلِ فَيَجِدُونَ مَا بَدَأُوا بِهِ قَدْ بَقِىَ عَلَى حَالِهِ فَيُكْمِلُونَ الْحَفْرَ حَتَّى يَتَمَكَّنُوا مِنَ الْخُرُوجِ وَيَكُونُ خُرُوجُهُمْ عَلامَةً مِنْ عَلامَاتِ الْقِيَامَةِ الْكُبْرَى حَفِظَنَا اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ مِنْ أَهْوَالِهَا.

Dan ketika Dzul Qarnain selesai membangun benteng (tembok baja besar) dengan pertolongan Allah Ta'ala dan taufiqNya. Dia bersyukur kepada Allah dan berkata, “Sesungguhnya dinding (benteng) ini dan kemampuan untuk membuatnya adalah rahmat dari Tuhanku bagi hamba-Nya yang shaleh. Dinding ini akan menjadi penghalang dari orang atau bangsa lain yang akan menyerang. Bangunan (benteng) ini akan terus berdiri tegak sampai waktu yang Allah janjikan. Maka apabila janji Tuhanku tentang keruntuhannya sudah datang, maka benteng ini akan hancur sampai berkeping-keping; dan ketahuilah bahwa janji Tuhanku itu pasti benar dan akan terjadi, karena tidak ada satu pun benda yang tidak hancur pada akhirnya” (surat Al Kahfi ayat 98).

Sehingga benteng tersebut mampu menghalangi kaum Ya'juj dan Ma'juj di belakangnya. 

Dan telah mengabarkan kepada kami dari hadits Rosulullah shallallahu alaihi wasallam, tentang mereka (Ya'juj dan Ma'juj) bahwa tidak seorang pun dari mereka akan mati sebelum ia memiliki seribu anak dari tulang belakangnya, atau lebih, dan jumlah mereka akan menjadi sangat banyak sebelum mereka muncul, sampai pada Hari Kiamat, dibandingkan dengan mereka, dalam hal jumlah, manusia akan seperti satu berbanding seratus. 

Diriwayatkan bahwa mereka memiliki telinga yang panjang dan tidur dengan yang satu. Dan mereka menutupi diri mereka dengan yang lain, dan mereka bertubuh pendek. Mereka mencoba membobol benteng (tembok Dzul Qarnain) ini setiap hari, tetapi mereka tidak berhasil. Setiap hari, setelah banyak bekerja dan berusaha, mereka berkata, "Besok kami akan menyelesaikannya." Maka mereka kembali keesokan harinya dan mendapati bahwa apa yang telah mereka gali telah tertutup. Mereka terus bekerja seperti ini setiap hari hingga mereka berkata, "Besok kami akan menyelesaikannya, Insya Allah." Maka mereka kembali keesokan harinya dan mendapati apa yang telah mereka gali. Mereka memulainya darinya, dan ia tetap dalam kondisi yang sama. Mereka akan menyelesaikan penggalian hingga mereka dapat keluar. Keluarnya Ya'juj dan Ma'juj akan menjadi salah satu tanda besar Hari Kiamat.

   وَعَاشَ ذُو الْقَرْنَيْنِ مِئَاتِ السِّنِينَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ تَعَالَى وَقَدْ تَزَوَّدَ لِآخِرَتِهِ بِزَادِ التَّقْوَى وَالْعَمَلِ الصَّالِحِ.

Masa hidup Dzul Qarnain selama ratusan tahun hingga akhirnya meninggal dunia. Dan beliau telah menyiapkan bekal akhiratnya dengan menambah ketakwaan dan amal sholih.

وَالصَّعْبُ ذُو الْقَرْنَيْنِ أَمْسَى مُلْكُهُ … أَلْفَيْنِ عَامًا ثُمَّ صَارَ رَمِيمًا.

Dan Kerajaan Ash Sha'b Dzul Qarnain bertahan .... sampai dua ribu tahun kemudian hancur menjadi debu.

Posting Komentar untuk "Kisah Wali Sholih Dzul Qornain"