Jangan Malas Menulis Sholawat Secara Utuh
Ketika seorang dokter menulis resep kepada pasien hanya dengan P__L, maka ketika diserahkan kepada apoteker atau petugas apotek maka akan dibaca oleh apoteker dengan Paracetamol. Hal ini sudah maklum oleh kalangan mereka. Akan tetapi hal ini Tidak ada aspek ibadah apapun bagi si dokter ketika menulis resep tersebut dan juga apoteker ketika membacanya.
Seperti halnya penulisan kata dan lain lain menjadi "dll" dan sebagainya menjadi "dsb". Yang menjadi "yg" dan yang lagi populer di medsos atau whatsapp "wa" adalah on the way atau sedang jalan menjadi "otw". lalu hal ini dikarenakan alasan praktis saja. Benarkah demikian??Apabila tulisan sholawat setelah Nabi Muhammad disingkat SAW, apakah tetap anda atau orang yang melihatnya akan tetap membaca lengkap secara utuh menjadi shollallaahu 'Alaihi Wasallam tersebut? Saya SANGAT TIDAK YAKIN.
Mungkin setelah anda membaca tulisan saya ini, anda akan tersadar, akan tetapi sebagian banyak orang ketika melihat SAW setelah asma Sayyidina Muhammad, dia akan berlalu saja tanpa membaca lengkap dan utuh sholawat tersebut.
Agar tak sia-sia, maka alangkah indahnya, jika hendak menulis sholawat, tulislah dengan lengkap agar mendapat pahala ibadah berupa menulis dan juga pahala orang lain yang membaca tulisan sholawat itu. Dengan demikian Anda menjadi penolong orang lain dalam beribadah.
Al Durr Al Farid, li Mbah Fadlol Senori, Tuban, hal. 9. |
Banyak yang mengaku cinta Nabi, tapi menulis sholawat secara lengkap saja sangat malas. Menyingkat tulisan sholawat shollallaahu 'alayhi wa sallam menjadi SAW itu hukumnya bid'ah sayyi'ah (makruh). Silahkan baca Al Durr Al Farid, li Mbah Fadlol Senori, Tuban, hal. 9.
Dalam kitab lain juga disebutkan:
ومن البدع السية العلمية كتابة ص عند كتابة اسم النبي ﷺ واسواء واقبح صلعم
كتاب الروائح الزكية ص ٢٦
Di dalam kitab rowaihuz zakiyah, Syaikh Abdullah Alharori menjelaskan bahwa menyingkat penulisan sholawat kepada Nabi dengan tulisan shod atau shol'am (kalau dalam penulisan bahasa indonesia dengan ditulis SAW, atau S.A.W atau s.a.w dsb) itu termasuk perbuatan bid'ah sayyi'ah (buruk) sangat buruk sekali.
Reff : kitab Rowaihus zakiyah hal 26
قال السيوطي ويكره الرمز اليها في الكتابة بحرف او حرفين كمن يكتب ص او صلعم بل يكتهما بكمالهما انتهى
شرح نبذة البيان ص ١٠٦
RKH. Abdul Majid dalam kitab Syarh nubdzatul bayan mengutip pendapatnya Imam Suyuthi beliau Imam Assuyuthi berkata : "makruh hukumnya menulis sholawat kepada nabi dengan memakai rumus huruf shod atau kalimat shol'am, akan tetapi tulislah dengan penulisan yang sempurna.
Reff : Syarh nubdzatul bayan hal 106
Menyingkat shalawat menjadi SAW, itu dalam tulisan atau diucapkan secara lisan, tidak terhitung sebagai bacaan shalawat yang mendatangkan pahala dan keberkahan. Kenapa? karena yang dibaca hanya SAW saja.
Bahkan Hadlratus Syaikh K.H. M. Hasyim Asy'ari (Pendiri NU) juga dawuh:
ولا يختصر الصلاة في الكتابة ولو وقعت الصلاة مرارا كما يفعل بعض المحرومين ، فيكتب صلعم أو ص م وكل ذلك غير لائق بحقه صلى الله عليه وسلم (ذكر ذلك حضرة الشيخ محمد هاشم أشعري في آداب العالم والمتعلم ص ١٠٠)
Dan (ketika menyalin tulisan) jangan menulis shalawat dengan disingkat -- walaupun shalawat itu tertulis berkali-kali-- seperti yang dilakukan beberapa orang yang terhalang (dari barakah dan pahala). Mereka menyingkat shalawat dengan صلعم atau ص م . Hal ini tentu tidak layak bagi Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Reff : Adabul 'Alim wa al-Muta'allim (karya K.H. M. Hasyim Asy'ari halaman 100)
Jadi sudah tahu kan? ulama kita juga melarangnya untuk menyingkat sholawat? jadi mulai sekarang yuk tulis secara lengkap.
Wallahu A'lam
Posting Komentar untuk "Jangan Malas Menulis Sholawat Secara Utuh"