Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kesabaran Imam Syafi'i dalam mendidik Santri

Didalam kitab Manaqib Imam Syafi'i, Imam Baihaqi menceritakan sebuah kisah menarik tentang Kesabaran Imam Syafi'i dalam mendidik santrinya yang lamban memahami pelajaran. Diceritakan bahwa santri tersebut bernama Robi’ bin Sulaiman. Setelah menerangkan pelajaran kepada para santri, Imam Syafi'i bertanya “Robi’ sudah paham belum?”


“Belum.” jawab Robi’.

Dengan penuh kesabaran, Imam Syafi'i mengulang lagi pelajarannya, lalu bertanya kembali, ”sudah faham belum?"

"Belum." Begitu jawabnya.

Dan hal itu berulang berkali-kali. Imam Syafi'i sudah berusaha menjelaskan dengan bahasa yang mudah dicerna, tetapi Robi’ tak juga faham padahal santri-santri yang lain sudah bisa mencernanya.

Merasa mengecewakan gurunya dan juga malu, Robi’ beringsut pelan-pelan keluar dari majelis ilmu. Selesai memberi pelajaran, Imam Syafi'i mencari Robi’. Kemudian Imam Syafi'i menemukan santrinya tersebut sedang murung. Beliau berkata ”Robi’ kemarilah, datanglah ke rumahku!”.

Sebagai seorang guru, Imam Syafi'i sangat memahami perasaan santrinya, maka beliau mengundangnya untuk belajar secara privat. Dengan telaten dan sabar, Imam Syafi'i mengulang kembali pelajaran kepada Rabi’ secara privat. Usai menjelaskan, beliau bertanya ”Sudah paham belum?"

Hasilnya? Robi’ belum juga paham.

Apakah Imam Syafi’i berputus asa?

Menghakimi Robi’ sebagai murid bodoh dan bebal?

Sekali-kali tidak.

Imam Syafi'i memberikan wejangan kepadanya:

”Santriku, sebatas inilah kemampuanku dalam mengajarimu. Jika kau masih belum paham juga, maka berdo'alah agar Allah memberikan futuh (terbukanya hati sehingga mudah dalam memahami ilmu) kepadamu. Aku hanya menyampaikan ilmu. Allah lah yang memberikan ilmu. Andai ilmu yang aku ajarkan ini sesendok makanan, pastilah aku akan menyuapkannya kepadamu.”

Mengikuti nasihat gurunya, Robi’ pun rajin melakukan bermunajat. Dalam keheningan malam, ia memohon dengan khusyu' kepada Allah, Tuhan semesta alam. Tuhan yang maha kuasa atas segala sesuatu dan tidak butuh kepada sesuatu apapun. Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah.

Tidak hanya berdoa, ia juga membuktikan tekadnya dengan kesungguhan dan kegigihan dalam belajar. Keikhlasan, kesalehan, dan ketekunan, inilah amalannya Robi’. Ia menggabungkan antara ikhtiar dan doa. Usaha dhahir dan usaha bathin.

Tahukah kita?

Dikemudian hari, Robi’ bin Sulaiman berkembang menjadi salah satu ulama besar Madzhab Syafi’i dan termasuk perawi hadis yang sangat kredibel dan terpercaya dalam periwayatannya. 

Inilah buah dari kesabaran dan ketelatenan Imam Syafi’i dalam mendidik Santri. Semoga kita bisa meneladani Kesabaran Imam Syafi'i dan Kegigihan Robi' bin Sulaiman...

Posting Komentar untuk "Kesabaran Imam Syafi'i dalam mendidik Santri"