Himpitan Kubur dan Siksa Kubur adalah Perkara Benar adanya
Setiap jiwa akan mengalami yang namanya kematian. Dan kemudian dikuburkan. Walaupun pada kenyataannya ada yang di bakar, ada yang dibuang ke laut, ada yang dimakan binatang buas dan lainnya. Namun tetap setelah kematian akan masuk ke dalam alam barzah atau disebut alam qubur. Dan di dalamnya terdapat dua hal, yaitu nikmat qubur dan siksa qubur.
Dalam kitab Al Fiqh Al Akbar karya Imam Abu Hanifah, mengatakan:
وَضَغْطَةُ الْقَبْرِ وَعَذَابُهُ حَقٌّ كَائِنٌ لِلْكُفَّارِ وَلِبَعْضِ عُصَاةِ المـُسْلِمِيْنَ
"Himpitan kubur dan siksa kubur adalah perkara yang benar-benar ada dan terjadi bagi orang-orang kafir dan sebagian pelaku maksiat di antara kaum muslimin."
Oleh karena itu, tidak boleh mengingkari adanya siksa kubur. Bahkan mengingkarinya adalah kekufuran.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Ketika seorang mayat atau manusia telah dikuburkan, maka akan datang kepadanya dua malaikat yang hitam kebiru-biruan, salah satu disebut Munkar dan yang lain Nakīr. Maka keduanya berkata kepada orang tersebut: Apa yang kamu katakan tentang laki-laki ini, Muhammad? Maka dia akan menjawab dengan apa yang ia katakan dan yakini di dunia dahulu. Apabila dia seorang mukmin, dia mengatakan: Dia (Muhammad) adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Aku bersaksi tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Lantas keduanya berkata kepadanya: “Sesungguhnya kami mengetahui bahwa engkau akan mengatakan itu.” Kemudian kuburnya dilapangkan dengan panjang tujuh puluh hasta dan lebar tujuh puluh hasta, dan disinari di dalamnya. Lalu dikatakan kepadanya: “Tidurlah,” maka ia tidur seperti tidurnya pengantin yang tidak dibangunkan kecuali oleh orang yang paling ia cintai di antara keluarganya, hingga Allah membangkitkannya dari tidurnya itu. Apabila dia seorang munafik maka ia berkata: “Aku tidak tahu, dahulu aku mendengar orang-orang mengatakan sesuatu, maka aku mengatakannya.” Kedua malaikat itu lantas berkata kepadanya: “Kami mengetahui bahwa kamu akan mengatakan itu.” Kemudian dikatakan kepada bumi: “Himpitlah!” Maka bumi itu menghimpitnya sehingga tulang rusuknya saling bersilangan. Dia senantiasa disiksa sampai Allah membangkitkannya dari tempat berbaringnya itu"
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan dinilai shahih. Hadits ini menunjukkan keberadaan roh tetap di kubur dan adanya tidur selama jasad belum punah. Nikmat kubur ini diperuntukkan bagi mukmin yang kuat, yaitu yang menjalankan kewajiban dan menjauhi maksiat.
Dan adapun hadits-hadits yang menyebutkan adanya himpitan kubur terhadap seorang anak kecil yang dikuburkan pada masa Rasulullah ﷺ, dan bahwa Nabi bersabda:
"Seandainya ada seseorang yang selamat dari tekanan kubur, maka anak ini akan selamat." Dan juga hadits tentang Sa‘d bin Mu‘ādz رضي الله عنه dan tentang Zainab putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka hadits-hadits ini bertentangan dengan riwayat yang lebih kuat darinya, dan tidak diriwayatkan oleh dua imam (al Bukhari dan Muslim).
Hadits yang terdapat dalam kitab shahih menyebutkan bahwa himpitan kubur hanya terjadi pada orang kafir dan munafik. Maka bagaimana mungkin dikatakan bahwa tekanan kubur menimpa semua orang selain para nabi?
Di antara hal yang menolak kebenaran riwayat tentang Sa‘d bahwa beliau mengalami himpitan kubur adalah bahwa ia adalah seorang yang meninnggal dalam keadaan syahid, karena ia wafat akibat luka yang dideritanya dalam Perang Khandaq.
Dan juga dibantah dengan hadits shahih yang menyebutkan bahwa Arsy Allah berguncang karena kematian Sa‘d. Maka bagaimana mungkin dengan dua keutamaan ini ia tetap mengalami siksa himpitan kubur?
Hadits-hadits tersebut juga ditolak dengan ayat Al-Qur’an:
{ أَلَاۤ إِنَّ أَوۡلِیَاۤءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَیۡهِمۡ وَلَا هُمۡ یَحۡزَنُونَ }
"Sesungguhnya para wali Allah tidak ada rasa takut atas mereka dan mereka tidak bersedih hati." (QS. Yunus: 62)
Hukum Orang Yang Mengingkari Siksa Kubur
Imam Abu Manshur al-Baghdadi dalam kitab al-Farq Baina al-Firaq mengatakan:
وَقَطَعُوْا أَيْ أَهْلُ السُّنَّةِ وَالجَمَاعَةِ بِأَنَّ المُنْكِرِيْنَ لِعَذَابِ القَبْرِ يُعَذَّبُوْنَ فِي القَبْرِ
“Ahlussunnah wal Jamaah memastikan bahwa orang-orang yang mengingkari adanya siksa kubur akan disiksa di kuburan mereka.” Artinya, karena mereka telah keluar dari Islam maka akan disiksa di alam kubur.
Siksa kubur ini terjadi kepada roh dan jasad. Akan tetapi Allah tidak memperlihatkannya kepada kebanyakan orang agar keimanan hamba terhadapnya masuk dalam kategori iman terhadap perkara ghaib. Dengan itu menjadi agung pahalanya. Dalil yang menunjukkan bahwa siksa kubur dialami oleh roh dan jasad di antaranya adalah hadits bahwa Sayyidina Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Nabi Muhammad ﷺ, “Apakah akan dikembalikan kepada kita akal-akal kita, wahai Rasulullah?”
Nabi ﷺ menjawab,
“Iya, seperti keadaan kalian di dunia ini.”
Maka Umar bin Khatthab terdiam dan berhenti berbicara, karena dia mendengar informasi yang tidak dia ketahui sebelumnya. (HR Ibnu Hibban).
Di antara dalil yang menunjukkan adanya siksa kubur adalah firman Allah ta’ala:
اَلنَّارُ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَّعَشِيًّا ۚ وَيَوْمَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ ۗ اَدْخِلُوْٓا اٰلَ فِرْعَوْنَ اَشَدَّ الْعَذَابِ (غافر: 46)
Maknanya: “Kepada mereka diperlihatkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat (dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir‘aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras (pedih)!”(QS. Ghafir ayat 46)
Yang dimaksud kaum Fir’aun adalah para pengikutnya yang mengikutinya dalam kemusyrikan dan kekufuran. Kepada mereka ini diperlihatkan neraka satu kali di waktu pagi dan satu kali di waktu petang. Dengan itu, mereka dipenuhi dengan rasa takut yang luar biasa. Hal ini terjadi bukan di akhirat, melainkan sebelum tiba hari kiamat seperti dapat dipahami dari ayat tersebut. Ini juga tidak terjadi sebelum mati. Jadi tidak ada kemungkinan lain selain hal itu terjadi di alam barzakh, yaitu rentang waktu antara kematian dan kebangkitan.
Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Rasulullah ﷺ bahwa beliau bersabda yang maknanya: “Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan-kenikmatan, yakni kematian. Karena tidaklah berjalan satu hari bagi kuburan kecuali ia berkata di dalamnya:
Aku adalah tempat keterasingan. Aku adalah tempat kesendirian. Aku adalah rumah dari tanah. Dan aku adalah sarang ulat-ulat.
Maka ketika dikuburkan seorang hamba mukmin yang sempurna imannya, kuburan akan berkata kepadanya: "Selamat datang, sungguh engkau adalah orang yang paling aku cintai untuk berjalan di atasku. Jika hari ini aku diperintah mengurusmu dan engkau telah datang kepadaku maka engkau akan lihat sikap baikku terhadapmu". Lalu kuburan meluas untuknya sejauh mata memandang dan dibukakan untuknya pintu ke arah surga.
Ketika dikuburkan orang yang fasiq atau kafir, maka kuburan akan berkata kepadanya: "Aku tidak suka akan kedatanganmu. Sungguh engkau adalah orang yang paling aku benci untuk berjalan di atasku. Jika aku diperintah mengurusmu hari ini dan engkau telah datang kepadaku maka engkau akan lihat perilakuku kepadamu." Maka kuburan pun menghimpitnya hingga merapat dua sisinya, dan dua sisi rusuknya saling memasuki.
Perawi berkata: “Rasulullah ﷺ kemudian menyatukan jari-jari tangannya dan memasukkan sebagian ke sebagian yang lain.”
Nabi melanjutkan:
“Lalu Allah mengirimkan untuknya tujuh puluh naga yang seandainya salah satunya menyemburi bumi maka bumi tidak akan tumbuh apapun di atasnya selama dunia ini ada. Lalu tujuh puluh naga tersebut menggigit dan mencakarnya hingga tiba hisab kelak.” (HR at-Tirmidzi)
Di antara siksa kubur adalah himpitan kubur.
Dua dinding kubur dari kedua arah akan mendekat sehingga tulang-tulang rusuk saling masuk-memasuki. Tulang-tulang rusuk yang ada di sisi kanan akan merapat lalu masuk ke tulang-tulang rusuk di sisi kiri. Di antara siksa kubur juga adalah ketidaknyamanan karena gelapnya kuburan dan kesunyiannya yang mencekam. Di antaranya juga, pukulan malaikat Munkar dan Nakir kepada orang kafir dengan palu dari besi yang jika digunakan untuk memukul sebuah gunung maka gunung itu akan hancur lebur. Ketika dipukul, orang kafir itu akan menjerit dengan keras dan didengar oleh semua yang ada di dekatnya kecuali manusia dan jin. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Di antara siksa kubur adalah dikirimkannya ular, kalajengking dan serangga-serangga tanah terhadap seseorang, sehingga menggigitnya dan memakan jasadnya. Dikatakan kepada orang kafir: “Berbaringlah dengan kondisi dicabik-cabik. Maka tidak ada satu pun binatang melata di bumi kecuali mendapatkan bagian dari tubuhnya.” (HR al-Hakim dalam al-Mustadrak).
Baginda Nabi ﷺ juga bersabda yang maknanya: “Dan dikirimkan kepadanya kalajengking dan ular yang jika salah satu darinya menyembur ke dunia maka ia tidak akan menumbuhkan sesuatu pun. Lalu ular dan kalajengking itu memakannya, dan bumi diperintahkan untuk menghimpit hamba tersebut hingga tulang-tulang rusuknya saling memasuki” (HR ath-Thabarani).
Imam Abu Dawud dalam Sunannya meriwayatkan dari al Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ’anhu bahwa ia berkata: “Suatu ketika kami keluar bersama Rasulullah ﷺ untuk mengantarkan jenazah seorang lelaki dari kaum Anshar. Lalu sampailah kami ke kuburan dan saat itu liang lahat belum dibuat. Rasulullah ﷺ pun duduk dan kami duduk di sekeliling beliau dengan diam dan tenang. Di tangan Nabi ada sebuah kayu yang beliau tusuk-tusukkan ke tanah. Lalu Nabi mengangkat kepalanya dan bersabda yang maknanya:
“Mohonlah kalian perlindungan kepada Allah dari siksa kubur, mohonlah kalian perlindungan kepada Allah dari siksa kubur,” Nabi mengucapkan itu dua atau tiga kali” (HR Abu Dawud).
Dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, ia berkata: “Rasulullah ﷺ bersabda yang maknanya: “Mohonlah kalian perlindungan kepada Allah dari siksa Allah, mohonlah kalian perlindungan kepada Allah dari siksa kubur, mohonlah kalian perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal, mohonlah kalian perlindungan kepada Allah dari fitnah kehidupan dan kematian.” (HR Muslim).
