Ayahku Semoga Engkau Bahagia di Sana
Aku dilahirkan dari seorang ibu dan ayah dari desa, Desa Demangan, Saya lahir tidak membawa apa-apa, telanjang, dan tidak membawa harta apa-apa. Ayahku adalah seorang pekerja keras, siang malam ia lalui dengan pekerjaan yang begitu keras.
Ketika saya masih kecil, sy melihat ayahku banting tulang keras sekali sampai sampai tidak ada kata lain hanyalah bekerja. Ia, dialah ayahku.Kami pernah mendapati hidup bahagia bersama keluarga tercinta, namun seringkali juga kami mendapati orangtuaku bertengkar. Dengan kerasnya kedua orang tuaku, sampai aku kecil berpikir tidak ingin seperti mereka. ia, itulah aku yang aku pikirkan. Sy berpikir akan menjadi lebih baik dari kedua orangtuaku.
Saya pun pernah dimarahin ayahku karena masalah sepele, pada masa usia MTs. Padahal saya juara 1 saat SD. Sy dipukul keras sampai sampai saya dikejar karena saya lari dari ayahku. Namun itulah pembelajaran yang saya dapatkan dari ayahku untuk berjuang agar mampu berdiri di kaki sendiri. tidak cengeng dan tidak mengandalkan orang lain.
Pernah suatu ketika, saya meminta ayahku untuk membeli buku. saat masih MTs, namun karena ekonomi ayahku saat itu belum mencukupi sehingga saya harus berpikir bagaimana saya bisa membaca buku tanpa harus beli buku. Sehingga saya mencari yang namanya perpustakaan umum.
Dari MTs, saya masuk di MAN Bawu Jepara. disinilah dimulainya kisahku yang penuh fitnah keji dari berbagai arah. Saat masuk MAN Bawu, saya mulai menghitung keperluan dan biaya dari rumah sampai kepada MAN Bawu. membutuhkan banyak biaya dan berbagai keperluan lain, seperti sepatu yang seusai aturan dan lainnya. Namun ayahku tidak bisa mencukupinya, dan malah terdengar suara bahwa saya di MAN Bawu ini dicap anak sekolah yang pacaran, padahal saya tidak seperti yang mereka ucapkan. Lalu kuputuskan untuk keluar dari MAN Bawu dan sy bekerja di Jakarta.
Saya di Jakarta, seperti diingatkan kembali bahwa sekolah adalah tujuanku, saya diajak oleh mahasiswa S2, Saifur Rohman, waktu itu untuk ikut kuliah di UI padahal waktu itu saya belum sekolah. Sekitar 6 bulan saya di Jakarta dan hanya membawa bekal sedikit, saya putuskan untuk kembali ke Jepara. Dari Jakarta inilah perjuanganku di mulai karena hasil fitnah yang keji yang terus berdatangan.
Saya pun belajar kursus bahasa inggris, komputer dan lain sebagainya untuk bisa menjadi orang mengerti apa itu perjuangan. Saat itu, saya masih tidak baik baik saja dengan Ayahku. Dari sejak saya ke Jakarta sampai pulang dari Jakarta, saya dan ayahku seperti itu tidak bisa saling mengerti. Sangat sulit diajak untuk komunikasi dan saling berbagi.
Dan Masuklah saya di MA Al Maarif Jepara, sy terus berjuang untuk bisa berubah menjadi lebih baik dari pada anak anak sebaya saya. Dan saya pun kembali menjadi juara seperti waktu kecil juara 1 di SD. di Madrasah sy pun juga menjadi juaranya. Saat itu pun masih sulit berkomunikasi dengan orangtuaku.
Saya dari pagi sampai malam sibuk dengan pekerjaan dan sekolah. sampai akhirnya ikut seleksi perguruan tinggi. dan berhasil masuk seleksi menjadi mahasiswa UNNES Semarang Jurusan Pendidikan Fisika. sebuah jurusan yang sangat menakutkan bagi kalangan siswa. Namun Ayahku masih berat mendorong atau merestui saja.
Lagi-lagi karena kesulitan ekonomi, kedua orangtuaku harus memikirkan anak yang tidak nurut ini karena kemauan dan perjuangan yang diidamkan ini. Sampai saya tahu bahwa semua perjuangan ini seperti sia-sia karena masalahku dengan ayahku belum selesai.
Begitu lulus kuliah, orangtuaku sepertinya lega, karena tidak lagi memikirkan diriku. Akan tetapi saya masih belum bisa mendapatkan pekerjaan yng diharapkan.
Saat menikah juga saya, lagi lagi fitnah keji datang lagi, saya seperti tidak direstui menikah dengan calon istriku ini dikarenakan jauh, antara tegal dan jepara. Namun itulah yang terjadi saya memaksa memperjuangkan agar saya bisa menikah. Dari sinilah saya mulai menyadari bahwa doa orangtua itu begitu dibutuhkan. untuk menguraikan masalah masalah kehidupan. namun tidak semua bisa mendapatkan itu.
Bahkan saat terjadi bencana besar yang menenggelamkan diriku hayut dalam kesedihan yang mendalam saat saya tahu itu terjadi. Akhirnya saya kembali ingin membersihkan hati yang kotor agar kembali bersih.
Ketemulah saya dengan pengajian, atau dauroh yang membersihkan hati ini. Dauroh Syaikh Salim Alwan. Dauroh berikutnya pun saya terus mengikutinya. sampai sekarang. Dan saya berusaha mendapatkan tabaruk dengan rambut rosulullah, saya usapkan ke pecil, baju, sampai kepada air minum supaya saya bisa minum air berkah tabaruk tersebut.
Saya pun mengaji dengan serius dan fokus mengaji karena dari kajian inilah saya bisa mengetahui mana yang haq dan mana yang batil.
Tahun 2022, tahun terakhir ayahku meninggal untuk selamanya. Saat itu, saya sedang mengaji kitab qowaid muhimmah di Tegal dan Brebes selama tiga hari. Sy mendapatkan kabar bahwa ayahku sakit. saya pun pulang dan bersegera untuk membacakan sayahadat kepada ayahku. Alhamdulillah Ayahku di hari hari terakhirnya mau bersyahadat kembali dariku.
Sy pun ajak berobat ke alternatif tetapi tidak ada tanda tanda membaik. Dan hari itu tiba, tanggal 10 Desember 2022. hari sabtu, tanggal 11 jumadil ula 1444 H. Sy melihat ayahku meninggal dan kemudian sebelum di kafani, sy usapkan peci yang sudah sy tabarrukkan dengan rambut nabi untuk dipakai dikepala ayakhu agar ayahku di alam barzah diampuni oleh Allah Ta'ala.
Saya pun terus mendoakan ayahku agar diampuni oleh Allah Ta'ala. Semoga Allah Ta'ala mengampuni Ayahku, Mochammad Ali bin Sulaiman bin Miran. Al Fatihah.
Posting Komentar untuk "Ayahku Semoga Engkau Bahagia di Sana"