Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dalil Talqin M4y1+t Setelah dikuburkan

Dalam beberapa kasus di masyarakat, ada yang tidak percaya dengan talqin, bahkan mengejeknya. Kebanyakan mereka dari kalangan orang-orang yang bodoh. Berikut adalah bukti adanya talqin yang sudah dicontohkan rosulullah.

Kita sebagai umat islam, umatnya rosulullaah, diperintahkan (disunnahkan) untuk melakukan talqin (mengajari mayit) setelah si-mayit dikuburkan dalam tanah (dengan sempurna). Al Imam anNawawi dalam kitab alMajmu’ Syarh alMuhadzdzab dan dalam kitab alAdkar menuliskan tata cara melakukan talqin terhadap mayit yang telah dikuburkan [1]. Yaitu dengan memberikan hujjah (mengatakan):

 يَا عَبْدَ اللهِ يَا ابْنَ أَمَةِ اللهِ -ثَلاَثَ مَرَّاتٍ- اُذْكُرِ العَهْدَ الَّذِيْ خَرَجْتَ عَلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا شَهَادَةَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَأَنَّكَ رَضِيْتَ بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَبِالقُرْءَانِ إِمَامًا.

“hai hamba Allaoh, wahai anak adam, anak seorang perempuan hamba Allaoh -- dengan disebut nama mayit dan nama ibu kandungnya, jika tidak diketahui nama ibunya maka dinisbahkan ke Ibu Hawwa’-- (diucapkan sebanyak tiga kali), ingatlah perjanjian yang Kamu yakini di dunia sampai dirimu meninggal dunia; yaitu dengan bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allaoh dan bersaksi bahwa Rosul Muhammad Shollallaahu alaihi wasallam adalah utusan Allaoh dan bahwa engkau menerima dengan sepenuh hati Allaoh adalah Tuhanmu, Islam adalah agamamu, Nabi Muhammad adalah Nabi dan rosulmu dan kitab suci alQur’an adalah pembimbingmu”.

Apabila si-mayit tersebut adalah wanita maka awal kalimat talqin adalah dengan mengucapkan “Ya Amatallaah ibnata Amatillaah...”. Artinya, “Wahai wanita hamba Allaoh, anak seorang wanita hamba Allaoh...”, lalu disebutkan nama mayyit tersebut dan nama ibu kandungnya, jika tidak diketahui nama ibunya maka dinisbatkan kepada Ibu Hawwa’. Kalimat ini diucapkan sebanyak tiga kali. Setelah itu kemudian membacakan kalimat di atas dengan lafadzh “Udzkur” diganti menjadi “Udzkuri”,  lafadzh “Kharajta” diganti menjadi “Kharajti”, lafadzh “Annaka” diganti menjadi “Annaki”, dan lafadzh “Radlita” diganti menjadi “Radliti”.

Hadits yang menerangkan sunnahnya talqin mayit yaitu hadits diriwayatkan oleh alHafizh ath-Thabarani. AlHafizh Ibnu Hajar al'Asqalani dalam kitab atTalkhish alHabir menuliskan sebagai berikut:

 وَرَدَ بِهِ الْخَبَرُ عَنِ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ. الطَّبَرَانِيُّ عَنْ أَبِيْ أُمَامَةَ: إِذَا أَنَا مِتُّ فَاصْنَعُوْا بِيْ كَمَا أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ أَنْ نَصْنَعَ بِمَوْتَانَا، أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فَقَالَ: "إِذَا مَاتَ أَحَدٌ مِنْ إِخْوَانِكُمْ فَسَوَّيْتُمْ التُّرَابَ عَلَى قَبْرِهِ، فَلْيَقُمْ أَحَدُكُمْ عَلَى رَأْسِ قَبْرِهِ، ثُمَّ لْيَقُلْ: يَا فُلاَنُ ابْنَ فُلاَنَةٍ، فَإِنَّهُ يَسْمَعُهُ وَلاَ يُجِيْبُ، ثُمَّ يَقُوْلُ يَا فُلاَنُ ابْنَ فُلاَنَةٍ، فَإِنَّهُ يَسْتَوِيْ قَاعِدًا، ثُمَّ يَقُوْلُ: يَا فُلاَنُ ابْنَ فُلاَنَةٍ، فَإِنَّهُ يَقُوْلُ: أَرْشِدْنَا يَرْحَمُكَ اللهُ، وَلكِنْ لاَ تَشْعُرُوْنَ، فَلْيَقُلْ: اُذْكُرْ مَا خَرَجْتَ عَلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا شَهَادَةَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَأَنَّكَ رَضِيْتَ بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَبِالقُرْءَانِ إِمَامًا، فَإِنَّ مُنْكَرًا وَنَكِيْرًا يَأْخُذُ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا بِيَدِ صَاحِبِهِ وَيَقُوْلُ: انْطَلِقْ بِنَا مَا يُقْعِدُنَا عِنْدَ مَنْ لُقِّنَ حُجَّتَهُ، قَالَ: فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ فَإِنْ لَمْ يَعْرِفْ أُمَّهُ ؟ قَالَ: "يَنْسِبُهُ إِلَى أُمِّهِ حَوَّاء، يَا فُلاَنُ ابْنَ حَوَّاء"، وَإِسْنَادُهُ صَالِحٌ، وَقَدْ قَوَّاهُ الضِّيَاءُ فِيْ أَحْكَامِهِ.

“Talqin terhadap mayit setelah dikuburkan terdapat dalam hadits Nabi. AthThabarani yang meriwayatkan dari Abu Umamah: "Jika aku meninggal, lakukanlah kepadaku apa yang Rasulullaoh perintahkan untuk kita (umat islam) lakukan terhadap orang-orang yang meninggal di antara kita. Rasulullaah memerintahkan kita, beliau berkata: "Jika salah seorang saudara kalian meninggal dunia lalu kalian kuburkan di dalam tanah kuburnya, maka hendaklah salah satu dari kalian berdiri di dekat kepalanya (si mayit), lalu mengatakan: Wahai Fulan bin Fulan, sungguh dia (si mayit) mendengar tetapi tidak bisa menjawab. Kemudian katakanlah lagi: Wahai Fulan bin Fulan (si Mayit), sungguh dia akan bergerak dan duduk. Lalu katakanlah lagi: Wahai Fulan bin Fulan, sungguh dia (si mayit) akan mengatakan: "Berilah kami petunjuk, semoga engkau dirahmati oleh Allaah. tetapi kalian tidak melihat itu semua. Kemudian hendaklah ia mengatakan:

 اُذْكُرْ مَا خَرَجْتَ عَلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا شَهَادَةَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَأَنَّكَ رَضِيْتَ بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَبِالقُرْءَانِ إِمَامًا.

Maka Sesungguhnya malaikat Munkar dan Nakir, saling memegang tangannya satu sama lain dan beranjak pergi dan mengatakan: Marilah kita ini pergi, untuk apa kita duduk di dekat orang yang sudah diajarkan talqin. Abu Umamah berkata: Salah seorang bertanya kepada Rosulullaah: Wahai Rasulullaah, Jika ia tidak mengetahui ibu kandungnya? Rasulullah menjawab: “Hendaklah ia nasabkan kepada ibu Hawwa', Wahai Fulan ibn Hawwa’”.

Sanad hadits ini Shahih dan alHafizh adlDliya' menganggapnya kuat dalam kitab Ahkamnya” [2]. Penjelasan sama tentang talqin juga telah dituliskan oleh alHafizh Ibn Hajar ini, dituliskan pula oleh alHafizh Murtadla azZabidi dalam kitab Ithaf asSadah alMuttaqin Bi Syarh Ihya’ ‘Ulumiddin [3].

Talqin ini sangat penting karena setelah mayit dikuburkan, maka ia menghadapi pertanyaan dua Malaikat. AlImam Abu Dawud meriwayatkan dalam kitab Sunan, juga alImam alBaihaqi meriwayatkan-nya dengan sanad yang hasan dari sahabat ‘Utsman ibn 'Affan, bahwa ia berkata:
“Setiap Rasulullah selesai menguburkan mayit, beliau berdiri di dekatnya kemudian mengatakan:

اِسْتَغْفِرُوْا لأَخِيْكُمْ، وَاسْأَلُوْا اللهَ لَهُ التَّـثْبِيْتَ فَإِنَّهُ الآنَ يُسْأَلُ (رواه أبو داود والبيهقيّ)

“Mohonkan-lah ampunan untuk saudara kalian, dan minta-kan kepada Allaoh agar dikuatkan karena dia sekarang ditanya oleh Malaikat, Munkar dan Nakir”. (HR. Abu Dawud dan al-Baihaqi)

Dalam hadits tersebut juga dijelaskan bahwa Malaikat Munkar dan Nakir, akan pergi setelah melihat si mayit sudah di talqin. Inilah Manfaat dari talqin kepada Mayit, agar mayit terbebas dari pertanyaan-pertanyaan Malaikat; Munkar dan Nakir serta si mayit diselamatkan dari siksa kubur.[4]

Talqin ini disunnahkan untuk mayit yang sudah baligh. Imam Nawawi dalam kitabnya Adzkar, menyebutkan:

 وَأَمَّا تَلْقِيْنُ الْمَيِّتِ بَعْدَ الدَّفْنِ، فَقَدْ قَالَ جَمَاعَةٌ كَثِيْرُوْنَ مِنْ أَصْحَابِنَا بِاسْتِحْبَابِهِ، وَمِمَّنْ نَصَّ عَلَى اسْتِحْبَابِهِ: الْقَاضِي حُسَيْنٌ فِيْ تَعْلِيْقِهِ، وَصَاحِبُهُ أَبُوْ سَعْدٍ الْمُتَوَلِّي فِيْ كِتَابِهِ "اَلتِّـتِمَّةُ"، وَالشَّيْخُ الإِمَامُ الزَّاهِدُ أَبُوْ الْفَتْحِ نَصْرُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ نَصْرٍ الْمَقْدِسِيُّ، وَالإِمَامُ أَبُوْ القَاسِمِ الرَّافِعِيُّ وَغَيْرُهُمْ، وَنَقَلَهُ الْقَاضِي حُسَيْنٌ عَنِ الأَصْحَابِ" ثُمَّ قَالَ: "وَسُئِلَ الشَّيْخُ الإِمَامُ أَبُوْ عَمْرِو بْنُ الصَّلاَحِ رَحِمَهُ اللهُ عَنْ هذَا التَّلْقِيْنِ، فَقَالَ فِيْ فَتَاوِيْهِ: التَّلْقِيْنُ هُوَ الَّذِيْ نَخْتَارُهُ وَنَعْمَلُ بِهِ، وَذَكَرَهُ جَمَاعَةٌ مِنْ أَصْحَابِنَا الْخُرَاسَانِيِّيْنَ .

“Adapun mengenai talqin kepada mayyit setelah dikuburkan, sebagian besar dari Ashhab asySyafi’i (tokoh-tokoh besar madzhab Imam Syafi’i) menyatakan bahwa hal itu sunnah hukumnya. Mereka yang menegaskan kesunnahan tersebut, di antaranya adalah:

  1. alQadli Husein dalam Ta'liqnya, muridnya; 
  2. Abu Sa'd al-Mutawalli dalam kitabnya atTitimmah, 
  3. Syekh al-Imam az-Zahid Abu al-Fath Nashr ibn Ibrahim ibn Nashr alMaqdisi, 
  4. alImam Abu alQasim ar-Rafi'i dan lainnya, 
  5. alQadli Husein menukil kesunnahan ini dari para Ashhab asy-Syafi'i”. 
Kemudian Imam Nawawi mengatakan: “Imam Abu 'Amr Ibn ashShalah pernah ditanya tentang talqin ini, dan beliau menjawab dalam kumpulan fatwanya: Talqin ini yang kita pilih dan kita amalkan, dan telah diterangkan oleh Ashhab asySyafi'i yang ada di Khurasan”[5].

Referensi:
  • [1] alMajmu’ Syrah alMuhadzdzab, j. 5, h. 266-267. Lihat pula alAdzkar, h. 162 
  • [2] atTalkhish al-Habir, j. 2, h. 135 
  • [3] Ithaf asSadah alMuttaqin, j. 10, h. 368 
  • [4] Keadaan seperti ini termasuk rahmat yang Allaah berikan kepada orang yang telah ditalqin tersebut, sama halnya orang yang diberikan oleh Allaah karunia mati syahid karena dibunuh secara dzhalim atau karena kerobohan bangunan atau karena kebakaran dan semacamnya. Orang semacam ini tidak akan dikenai siksa kubur atau siksa akhirat meskipun ia pada masa hidupnya banyak melakukan maksiat dan dosa besar kepada Allaah.
  • [5] al-Adzkar, h. 162-163.

Posting Komentar untuk "Dalil Talqin M4y1+t Setelah dikuburkan"