TERBARU

KRT Sumodiningrat di Keraton Yogyakarta: Identitas, Sejarah dan Kiprah

 Di Negara China, ada sekelompok mafia yang khusus menggali kubur dengan tujuan mendapatkan harta, karena orang china bangsawan biasanya jika mati akan dikubur bersama harta kesayangannya. Sehingga di dalam kubur ada banyak harta yang terpendam. 


Sedangkan di Indonesia, sekarang ini ada mafia yang mengkhususkan dirinya proyek makamisasi sebagai wali kutub atau wali yang punya karomah, dibuatlah kedustaan kisah dan cerita yang mengada-ada. Seperti kasus sekarang ini adalah kasus KRT Sumodiningrat atau Singo Barong. 

Sebagaimana yang sudah Anda ketahui bersama bahwa KRT Sumodiningrat adalah keluarga kraton Yogyakarta, dan dimakamkan di sleman yogyakarta. Jelas ada dan ada silsilahnya. Namun Ada sekelompok mafia kuburan yang menjadikan KRT Sumodiningrat sebagai mesin uangnya di semarang. Sekelompok ini secara masif membuat makam palsu, mulai dari mengklaim makam orang lain sampai membuat makam yang benar benar kosong alias tidak makam di jadikan makam. 

Pihak Keluarga Keraton sebagai keluarga KRT Sumodiningrat ini pun tidak tinggal diam atas pencatutan makam KRT Sumodiningrat yang ada di semarang tersebut, karena telah merusak sejarah dan juga nasab keturunan yang jelas jelas ada keluarganya atau keturunannya. Makam KRT Sumodiningrat di Semarang mengklaim bahwa ia adalah keturunan dari Yaman, maka jelas ini tuduhan keji atas keluarga Keraton yang dianggap anak keturunannya adalah keturunan yaman. 

Sampai hari ini, November 2025, Makam KRT Sumodiningrat masih berdiri megah lengkap dengan logo dan simbol keraton Yogyakarta, dimana logo ini dipakai tanpa sepengetahuan keraton Yogyakarta.

Akhirnya pihak, Universitas Negeri Yogyakarta mengadakan Seminar yang mengundang pelakunya sebagai nara sumbernya. Yaitu pembicaranya adalah:

  1. Dr. (Hc.) Muhammad Luthfi Bin Yahya (Tokoh Nasional) atau yang mewakili
  2. Dr. Lilik Suharmaji (Sejarawan, Penulis Geger Sepoy)
  3. Kuncoro Hadi, M.A (Dosen Ilmu Sejarah UNY)
  4. M. Yaser Arafat, M.A. (Dosen UIN Sunan Kalijaga)
  5. Yanatun Yunadiana, S.Si., M.Si (Kundha Kabudayan Kabupaten Bantul)

Moderator:

Ilmiawati Safitri, M.A

Seminar ini telah dilaksanakan pada hari Kamis, 6 November 2025, Pkl 08.00–13.00 WIB di Gedung ISDB FISIP UNY, Lantai 4, Dan seluruh Peserta mendapatkan e-sertifikat. 

KRT Sumodiningrat adalah salah satu tokoh sentral dalam pertahanan Kraton Yogyakarta pada Geger Sepoy (1812 M). Sebagai panglima utama sekaligus penasihat militer Sultan Hamengkubuwono II, Beliau berada di garis terdepan ketika Yogyakarta menghadapi serbuan Inggris dan pasukan Sepoy. Keberaniannya membuatnya dikenang sebagai Singobarong, sosok penjaga martabat dan kedaulatan keraton. Namun, di obok obok oleh mafia makam, dimana Kisahnya dibuat ganjil, KRT Sumodiningrat kata mereka adalah pendatang dari Yaman.

Oleh karena itu, Seminar Nasional ini mengkaji identitas, kiprah, serta konstruksi historiografis mengenai KRT Sumodiningrat melalui naskah babad, arsip-arsip kolonial, dan penelitian terbaru. Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang KRT Sumodiningrat, kita menegaskan kembali pentingnya warisan budaya serta keistimewaan Yogyakarta dalam sejarah Indonesia, agar tidak diacak acak oleh kelompok yang tidak mau bertanggungjawab.

Bahkan Mereka untuk membuat agar diakui masyarakat awam, mereka telah mempublikasikan Manaqib KRT Sumodiningrat Semarang yang mereka sebut sebagai Hasan bin Thoha Bin Yahya. Dari Haul ke Haul. Bahkan ada yang menulis tesis tingkat Magister. Semuanya tanpa data sumber primer yang merujuk, berembug, bermusyawarah, dan sowan mencari kebenaran pada ahli waris atau trah KRT Sumodiningrat alih-alih ahli waris atau trah besarnya, yaitu Trah Kyai Kriyan.

Mereka pun tidak mengecek dan bermusyawarah dengan manuskrip Keraton Yogyakarta yang menceritakan KRT Sumodiningrat, di antaranya Babad Sepehi dan Babad Panular. Lebih parah lagi, mereka pun tidak mendasarkan pada data silsilah KRT Sumodiningrat yang tercatat di Keraton Yogyakarta. Padahal katanya mereka membahas tokoh yang terlibat di dalam sejarah Yogyakarta.

Lalu ketika apa yang mereka publikasikan dan mereka sebarluaskan melalui berbagai platform media sosial itu dikritik, mereka menuntut untuk para pengkritik agar bertabayyun. Aneh. Publikasi luas dikritik dengan publikasi luas, sudah setimpal dan adil. Tapi malah menyuruh agar yang mengkritik bertabayyun.

Kini, ketika mereka, melalui tokoh utama mereka, diminta untuk langsung mempresentasikan apa yang mereka publikasikan itu di hadapan majelis ilmiah, bersama dengan para akademisi yang konsentrasi di bidang itu di sebuah institusi ilmiah, yaitu seminar Nasional, mereka bilang: “kenapa tidak berembuk dulu untuk menentukan tanggal?”, “kenapa tidak sowan dulu biar langsung ketemu?”, “kenapa tidak sowan dulu untuk minta kesediaan?”, dan kenapa-kenapa yang lain.

Aneh! Dulu mereka sangat gampang melakukan “tidak sowan”, “tidak bermusyawarah”, “tidak berembuk” dalam mempublikasikan bahwa KRT Sumodiningrat adalah Hasan bin Thoha Bin Yahya. Namun, ketika diperlakukan setimpal malah tidak terima. Wealah!

Sudah sangat jelas dan jelas para pakar ilmuwan, pakar sejarah dan pakar Akademisi Kampus Besar di DIY (UIN UGM UNY) menyampaikan bahwa KRT Sumodiningrat makamnya di Jejeran Bantul, Yogyakarta dan Keturunan asli Mataram dan bukan keturunan klan ba'alwi serta makamnya KRT Sumodiningrat bukan di Semarang (itu makam orang diubah jadi makam palsunya KRT sumodiningrat). Monggo para Akademisi, Ulama, Kyai, meluruskan sejarah bagian dari "Hubbul Wathon Minal Iman".

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar