Bahaya Marah yang Tidak pada Tempatnya
Suatu ketika ada seseorang yang datang kepada Rosulullah ﷺ dan berkata:
"Yaa Rasulullah, berilah saya wasiat",
Kemudian Rosulullah ﷺ pun berkata; "Jangan Marah".
Orang itu berkata lagi, "beri saya wasiat, yaa rosulullah"
Rosulullah ﷺ pun berkata: "Jangan Marah".
Orang itu pun mengulanginya lagi dan juga dijawab Rosulullah ﷺ pun dengan jawaban yang sama. "Jangan Marah".
Ini sebuah nasehat singkat tetapi prakteknya tidak mudah. Dari Hadistnya dijelaskan bahwa:
عن أبي هريرة رضي الله عنه أنّ رجلا قال للنبيّ صلى الله عليه وسلم: أوصني. قال :”لا تغضب” فردّد مرارا قال :”لا تغضب” رواهُ البخاريُّ.
"Seorang laki-laki berkata kepada Nabi Muhammad ﷺ, berwasiatlah kepadaku, Rasulullah ﷺ bersabda: Janganlah kamu marah. Laki-laki itu mengulangi beberapa kali dan Rasulullah tetap bersabda: "Janganlah kamu marah". HR al Bukhori.
Hadits ini melarang umat Islam untuk marah atau emosi yang tidak pada tempatnya. Hadits ini pada awalnya ditujukan kepada seorang sahabat yang pemarah, mudah sekali emosi. Meskipun demikian larangan marah juga berlaku bagi umat Islam seluruhnya. Marah atau emosi sangat berbahaya bagi seseorang. Karena ketika marah, akal seseorang tidak berfungsi; akalnya tidak bisa mengontrol lisan dari berkata buruk, tangan dan kakinya dari perbuatan yang buruk.
Dengan sebab marah, seseorang bisa kufur atau menjadi murtad. Yaitu keluar dari agama islam dengan sebab dia marah.
Pada masa lalu, di kalangan umat sebelum nabi Ibrahim, tepatnya pada kaum 'Aad, ada seorang laki-laki bernama Himar ibn Malik, dia ini awalnya seorang muslim selama 40 tahun. Suatu ketika Allah mengujinya dengan petir yang menyambar semua anak-anaknya dan mematikan anak-anaknya. Ternyata ujian itu membuat dia tidak bersabar, dia marah besar kepada Allah dan berkata: "Aku tidak akan menyembah Allah, karena Dia telah membunuh anak-anakku". Dari sini dia telah kufur, keluar dari agama islam.
Bahkan tidak hanya itu, dia juga memaksa setiap orang yang melewati daerahnya untuk kufur kepada Allah. Bahkan menghalangi orang yang mau masuk islam. Singkat kisahnya, Allah menurunkan adzab kepadanya, Allah membakarnya dan lembah yang dia tinggal. Kemudian dia dikenal sebagai himarul wadi.
Wahai saudaraku, dengan sebab marah akan berdampak sangat buruk. Dengan sebab marah, seseorang bisa menceraikan istri yang dicintainya. Dengan sebab marah, seseorang bisa mencaci, mengumpat dan melaknat orang lain, dan ini perbuatan dosa besar. Dengan sebab marah, seseorang bisa memukul dan menendang orang lain. Dengan sebab marah, seseorang bisa membunuh seorang muslim. Dengan sebab marah, seseorang bisa memutus hubungan anak dan orang tua. Dengan sebab marah, seseorang bisa memutus kekerabatan (shilaturrahim). Dan akhlak-akhlak buruk lainnya.
Orang yang pemarah tidak akan bisa berakhlak mulia, dan akan menyesal di belakang hari. Rasulullah ﷺ memuji seseorang yang mampu meredam kemarahan:
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
"Tidaklah orang yang kuat adalah orang yang pandai bergulat, tapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan nafsunya ketika ia marah." HR al Bukhori
Allah juga memuji orang yang mampu menahan amarah, dengan firman-Nya:
(ٱلَّذِینَ یُنفِقُونَ فِی ٱلسَّرَّاۤءِ وَٱلضَّرَّاۤءِ وَٱلۡكَـٰظِمِینَ ٱلۡغَیۡظَ وَٱلۡعَافِینَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ یُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِینَ)
[Surat Ali 'Imran 134]
Tips mengendalikan amarah:
1. Merubah posisi badan, jika marah dalam posisi berdiri maka hendaknya dia duduk, jika marah dalam keadaan duduk hendaknya dia berbaring dan seterusnya.
2. Berwudlu
3. Membaca isti'adzah dari syetan, karena kemarahan berasal dari syetan.
Rasulullah ﷺ bersabda :
إن الغضب من الشيطان
"Sesungguhnya kemarahan itu berasal dari syetan"
والله أعلم بالصواب
