Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makam Asy Syaikh Ahmad Ar Rifa'i Al Kabir

Asy Syaikh Ahmad Ar Rifa'i Al Kabir

Beliau adalah Sulthon al Awliya' setelah asy Syaikh Abdul Qodir al Jilani. Wafat tahun 578 H.

Beliau adalah keturunan Rasulullah shallallahu alayhi wasallam dari jalur sayyidina Al Husain ibn Fathimah binti Rasulullah.

Beliau adalah pendiri Thoriqoh Ar Rifa'iyyah yang memiliki banyak karomah, di antara karomah beliau adalah mencium tangan mulia Rasulullah shallallahu alayhi wasallam. Ketika beliau berziarah ke makam kakeknya (Rasulullah shallallahu alayhi wasallam) dengan disaksikan ribuan orang yang hadir ketika itu, Rasulullah mengeluarkan tangan mulia beliau dari dalam kuburnya untuk asy Syaikh Ahmad Ar Rifa'i dan beliau menciumnya.

Sayyid Ahmad ar Rifa'i al Kabir, beliau adalah Sulthon al Awliya' setelah as Syaikh Abdul Qodir al Jilani. Di antara karomah beliau adalah suara beliau bisa di dengar oleh ribuan orang yang hadir dalam Majlis ilmunya, meskipun di jarak kiloan meter dengan volume yang sama tanpa menggunakan pengeras suara.

Beliau seorang wali Quthb yang sangat memperhatikan permasalahan akidah, di antara perkataan beliau dalam akidah adalah:

غاية المعرفة بالله الايقان بوجوده تعالى بلا كيف ولا مكان

"Puncak makrifat/pengenalan seorang hamba kepada Allah Ta'ala adalah meyakini tanpa ragu terhadap adanya Allah ta'ala dengan tanpa menyifati-Nya dengan sifat makhluk dan ada tanpa tempat".

مدد مدد يا الرفاعي الكبير

Dalam Karnyanya, Imam Ahmad ar-Rifa’i pada bagian lain dalam kitab al-Burhân al-Mu’ayyad menyatakan bahwa puncak tujuan dari perjalanan kaum sufi adalah sama dengan puncak tujuan dari perjalanan para ulama fiqih atau ulama syari’at. Demikian pula sebaliknya, tujuan utama ulama fiqih adalah juga merupakan tujuan utama para kaum sufi. Kemudian rintangan-rintangan jalan yang dilalui ulama fiqih dalam mencari ilmu adalah juga rintangan yang sama yang dihadapi kaum sufi dalam suluk mereka. Maka syari’at adalah tharekat, dan tharekat adalah syari’at. Keduanya adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, kandungan atau isi dan tujuannya adalah satu. Perbedaan hanya dari segi lafazh saja. Jika seorang sufi mengingkari seorang ahli fiqih (al-faqîh), maka tidak lain sufi tersebut pasti seorang yang tertipu. Demikian sebaliknya, jika seorang ahli fiqih mengingkari seorang sufi maka tidak lain ahli fiqih tersebut pasti seorang yang dijauhkan oleh Allah dari karunia-Nya. _(ar-Rifa’i, Maqâlât Min al-Burhân…, , h. 80-81)_

Ada sebuah cerita tentang ketawadluan beliau, yaitu;

Pada suatu hari Sayyid Ahmad ar-Rifa'i berjalan bersama jamaah muridnya. Mengetahui hal itu, seorang Yahudi yang pernah mendengar bahwa Sayyid Ahmad ar-Rifa'i adalah orang yang sopan dan orang yang tawadhu', maka orang Yahudi ini ingin mengujinya, apakah beliau seperti yang disifati orang-orang -atau tidak, sehingga dia mendatanginya dan berkata kepadanya:

يا سيد انت افضل ام الكلب افضل

"Ya Sayyid, apakah anda lebih mulia ataukah anjing yang lebih mulia"

Maka beliau menjawab:

إن نجوت علي الصراط فانا افضل

"Jika aku selamat saat melintasi shirath pada hari kiamat, maka aku yang lebih mulia"

Maka orang Yahudi tersebut masuk Islam, disertai keluarganya & semua orang yang mengenal beliau. 

Seandainya beliau tidak tawadhu' terhadapnya, niscaya dia tidak akan masuk Islam. Seandainya beliau menampakkan di hadapannya bahwa beliau marah dengan menunjukkan muka masam di hadapannya atau mengatakan kepadanya perkataan cacian, niscaya dia tidak akan mencintai agama Islam. 

Tetapi kesopanan & ketawadhuannya menyebabkan dia kagum, maka dia mengakui pada dirinya bahwa agama yang dianut Sayyid Ahmad ar-Rifa'i adalah benar. (Sumber: Bughyah at-Thalib, Dar al-Masyari', Beirut, juz 2, hlm 155-156)

Sungguh mulia pribadi Sayyid Ahmad ar-Rifa'i. akhlak kakeknya, Nabi Muhammad sungguh beliau ikuti dan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. 

Di antara kata mutiara Sayyid Ahmad ar-Rifa'i adalah

غاية المعرفة بالله الإيقان بوجوده تعالي بلا كيف ولا مكان

"Batas akhir pengetahuan seorang hamba tentang Allah adalah meyakini bahwa Allah ta'ala ada tanpa bagaimana (sifat-sifat makhluk) dan (Allah) ada tanpa tempat." 

(disebutkan di dalam kitabnya al-Burhan al-Muayyad)

Al-Imam Ahmad ar-Rifa'i (W 578 H) dalam al-Burhan al-Mu-ayyad berkata:

ﺻُﻮْﻧُﻮْﺍ ﻋَﻘَﺎﺋِﺪَﻛُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺘَّﻤَﺴُّﻚِ ﺑِﻈَﺎﻫِﺮِ ﻣَﺎ ﺗَﺸَﺎﺑَﻪَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻭَﺍﻟﺴُّﻨَّﺔِ ﻓَﺈِﻥَّ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻦْ ﺃُﺻُﻮْﻝِ ﺍﻟْﻜُﻔْﺮِ

“Hindarkan aqidah kamu sekalian dari berpegang kepada dhahir ayat al Qur'an dan hadits yang mutasyabihat, sebab hal demikian merupakan salah satu pangkal kekufuran”.

Semoga hidayah, taufiq & inayah Allah senantiasa diberikan kepada kita, sehingga kita dimudahkan dalam mengikuti akhlak Nabi Muhammad & akhlak Sayyid Ahmad ar-Rifa'i dalam ketawadhuan, aamiin.

Posting Komentar untuk "Makam Asy Syaikh Ahmad Ar Rifa'i Al Kabir"