Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rahasia dibalik menutup Aib Orang Lain

Rahasia rahasia ini hanyalah untuk orang orang yang bisa menahan diri, orang yang mampu bersabar.... entahlah saya sendiri kadang tidak mampu bersabar.... tetapi saya tetap berusaha bersabar.

ada cerita yang disebut "MAW’ÛDAH" yaitu Bayi Perempuan di jaman jahiliyah yang dikubur dalam keadaan hidup atau dengan kata lain bayi perempuan ini dikubur hidup-hidup.

Kenapa disebut "Maw´ûdah", karena ketika di keluarga tersebut jika melahirkan seorang bayi perempuan maka waktu itu diyakini akan membawa kejelekan dan aib atau membawa malu bagi keluarga. sehingga rasa takutnya akan membawa malu bagi keluarga, maka sang bayi perempuan tersebut dikubur hidup-hidup.

Imam Al-Hâkim meriwayatkan dalam karyanya "al-Mustadrak“, bahwasannya Rasûlullâh ﷺ berkata:

مَنْ رَأَى عورةً فَسَتَرَها كانَ كَمَنِ اسْتَحْيَا مَوْءُودَةً مِنْ قبرِها اﻫ،

Hadits ini maknanya adalah: “Barangsiapa melihat suatu kesalahan dari seorang Muslim (baik muslim laki-laki atau muslim perempuan) dan dia tidak pernah menceritakan pada yang orang lain, melainkan menyimpannya untuk dirinya sendiri (merahasiakannya), maka dia akan mendapatkan Pahala yang sepadan seperti Pahala orang yang menyelamatkan seorang Maw‘ûdah dari kuburnya.”

Bisa bayangkan betapa besarnya orang yang menyelamatkan bayi hidup yang mau dikubur oleh orangtuanya sendiri. Jika dizaman sekarang, orangtua tersebut bisa langsung dipenjarakan.

Sebagaimana tradisi Maw‘ûdah adalah termasuk bayi perempuan yang baru lahir dan dikubur hidup-hidup, yang dikarenakan rasa takut akan membawa malu. perbuatan semacam ini dilakukan oleh orang-orang Arab pada jaman Jâhiliyyah. Tradisi tersebut terus meyebar dan Hal itu sangat menyebar terjadi di beberapa era sebelum Nabi Muhammad ﷺ mendapat Wahyu diangkat menjadi Rasul.

Bahkan ada dari beberapa Sahabah Rasûlullâh ﷺ melakukan hal keji ini juga sebelum mereka memeluk islam.

Bagaimana tradisi ini sampai terjadi? awal kisah adalah sebagai berikut:

Ada salah seorang Sahabah yang terkenal pemurah dan lembut pemberani, melakukan perbuatan ini.
Apa yang menyebabkan dia melakukannya. Hal ini dikarenakan terjadi penyerangan oleh salah satu Suku Arab yang menyerang Sukunya (Sahabah tadi) dan akhirnya menangkap puterinya.

Saat kedua Suku tersebut kemudian berdamai, maka puterinya dihadapkan pada 2 pilihan. pilihan pertama adalah menetap bersama suku musuh atau pilihan yang kedua adalah kembali kepada Ayahnya. Namun yang terjadi adalah hati puterinya sudah terpikat pada pemuda dari suku musuh, dan begitu pula si pemuda telah jatuh hati pada puteri tersebut. Sehingga putrinya memilih tinggal bersama pemuda yang dicintainya melawan kehendak sang Ayah, padahal ayahnya terkenal memiliki nama baik, pemurah, pemberani di sukunya.

Dari keputusan putrinya ini menjadikan Ia sangat marah besar. Sehingga ia bersumpah untuk mengubur hidup hidup setiap bayi perempuannya yang baru lahir. Maka ia pun mulai mengubur setiap anak perempuannya yang baru lahir, hingga semuanya berjumlah delapan bayi perempuan. Mengerikan bukan!

Hidayah pun datang kepadanya untuk memeluk islam. Setelah dia (sang ayah) memeluk islam, dia sangat menyesali segala perbuatannya dan menceritakan kepada Nabi ﷺ, bahwa sebelum dia memeluk islam dia telah mengubur hidup-hidup delapan anak perempuannya yang baru lahir.

Rasûlullâh ﷺ berkata kepadanya:

أَعْتِقْ عَنْ كُلِّ واحدةٍ مِنْهَا رَقَبَةً فقالَ أنا صاحبُ إِبِلٍ قالَ أَهْدِ إِنْ شِئْتَ عَنْ كُلِّ واحدةٍ مِنِهنَّ بَدَنَة اﻫ

Maknanya:
„Gantikan setiap dari mereka (anak perempuanmu yang dikubur) dengan membebaskan seorang Budak.“ Dia (sang Ayah) menjawab: „ Aku memiliki Unta.“ Nabi ﷺ menjawab: „.,maka gantikan untuk setiap dari mereka (maw'udah) dengan Unta.“ Orang tadi (sang Ayah) kemudian menyedekahkan sekitar 100 Unta.

Dalam Âyât 8 dan 9 pada Sûrah at-Takwîr dijelaskan, bahwa perbuatan seperti ini jelas melanggar syariat -mengubur hidup-hidup bayi perempuan- adalah sangat keji, karena itu termasuk kejahatan yang sangat besar.

Anda bisa cermati dari hadis pertama tadi dengan hadis yang kedua. Dalam Hadith di awal tulisan disebutkan bahwa ;
Rasûlullâh ﷺ menyetarakan pahala yang besar untuk orang yang TIDAK MENYEBARKAN KESALAHAN/KEBURUKAN dari setiap orang muslim -dalam arti si Muslim akan malu bila orang-orang mengetahui kesalahannya- , dengan Pahala seseorang yang menyelamatkan bayi perempuan yang terkubur hidup-hidup sebelum dia mati.

Apakah bisa dicermati ?

Berikut ini ada sebuah kisah yang bisa jadi contoh. Contoh yang termasuk suatu kekejian dari menyebarkan kesalahan atau keburukan orang lain. Berikut adalah kisahnya:

Ada seorang pria mendatangi Amiril mukminin ^Umar Ibn al-Khattâb dan bercerita: "„Pada jaman Jâhiliyyah aku mengubur anak perempuanku hidup-hidup, tapi kemudian aku mengambilnya kembali sebelum dia mati. Kemudian -saat anak perempuanku menginjak dewasa - dia memeluk islam seperti kami dia patuh pada islam. Namun saat dia menginjak remaja dia mulai melakukan dosa yang menjijikkan, oleh sebab itu dia ingin bunuh diri dan mulai melukai dirinya dengan pisau di leher, tapi kami dapat menyelamatkan dan merawatnya. Kemudian dia bertaubat dan sangat menyesali semua dosa-dosanya.

Dan ketika ada pemuda yang melamarnya, aku (sang Ayah) menceritakan tentang masa lalunya agar si pemuda bisa menentukan untuk meneruskan atau memutuskan lamarannya.”

Dia (sang Ayah) mengira, bahwa dia memberikan nasehat dengan berterus terang pada si pemuda. Namun dia kemudian di nasehati oleh Sang Kholifah.

^Umar berkata kepadanya; “Engkau telah menyebarkan sesuatu yang seharusnya menjadi engkau rahasiakan. Apabila engkau sekali lagi masih melakukannya, maka aku akan menghukummu sehingga engkau akan menjadi pelajaran buat yang lain!”

Ada pesan Moral dari beberapa kisah tersebut. yaitu dari kisah di atas kita menjadi mengerti, bahwa setiap Muslim yang melakukan dosa dan kemudian ia telah bertaubat maka tidak boleh diceritakan atau diungkit lagi keburukan/kemaksiatannya yang pernah dia lakukan. Entah itu seburuk apapun perbuatannya, apabila dia telah bertaubat. Maka orang ini tidak ada lagi hubungannya dengan perbuatan keji/buruk masa lalunya karena keadaan yang sekarang ini yang menjadi ukuran dan bukanlah dari masa lalunya.

Manusia dalam hidupnya mengalami berbagai macam keadaan dan kondisi. Bisa jadi dia melakukan perbuatan Dosa dan mengulanginya, tapi kemudian bertaubat dan menjadi orang yang bertaqwa. Oleh karena itu, janganlah menilai seseorang dari masa lalunya tapi kondisi sekarang-lah yang jadi ukurannya.

Semoga kita bisa belajar banyak DIAM dan mampu berpikir 10x bahkan lebih sebelum membicarakan aib seseorang. Dan Semoga Allâh menjaga lisan dan lidah kita. Âmîn!

Posting Komentar untuk "Rahasia dibalik menutup Aib Orang Lain"