Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Khataman Al Aqidah Al Mursyidah dan Berziarah Ke Sultan Hadirin Mantingan Jepara

 Alhamdulillah siang tadi, hari selasa, 26 September 2023 atau 10 Robiul awwal 1445 H, selesai mengkaji kitab al-'Aqidatul Mursyidah yang di tulis oleh Ibnu Tumart (  ابن تومرت ) yang wafat pada tahun 524 H, beliau adalah murid Imam al-Ghazali. Dan dibacakan langsung oleh Ustadz Muhammad Sirril Wafa, Lc. Alumni Global University, murid dari murid-muridnya Syaikh Al Hafidz Abdullah Al Harari rahimahullah.


Kitab Al Aqidah Al Mursyidah adalah kitab yg sangat kecil dan ringkas, yang matannya hanya 2 lembar saja. Dan diceritakan bahwa kitab ini sering diajarkan oleh Fakhruddin Abu Manshur  'Abdur Rohman bin Muhammad bin Hasan bin Hibatillah bin 'Abdillah ni Husain ad dimasyqiy yang mashur dengan julukan Ibnu 'Asakir al faqih as Syafi'iy.

Kitab ini terkenal dengan sebutan Risalah Ibn 'Asakir karena beliaulah orang yang sangat berjasa dalam menyebarkan dan mengajarkannya.

Fakhruddin Ibnu 'Asakir adalah anak dari saudara Abul Qosim 'Aliy bin Hasan bin Hibatillah bin 'Asakir seorang Muhaddist dan Hafidz di daratan Syam pada masanya yaitu pemilik kitab Attbayin Kazdibil Muftari fi ma nasaba ilal imam abil Hasan al Asy'ari. Dan juga pengarang kitab Tarikh Dimasyq yang berjilid-jilid itu.

Kitab al 'Aqidatul Mursyidah ini adalah kitab yang menguraikan secara ringkas Aqidah Ahlissunnah Waljama'ah. (Yang ngaku dan bertanya-tanya ahlussunnah wal jama'ah, ayo mengaji kitab ini).

Kitab yang sangat kecil di tulis syarah-penjelas cuma 9 halaman yang ditulis oleh Ibnu ^Asäkir, ahli sejarah dari daratan Syäm yang berjuluk Hujjatul Huffädh [Argumentator para Häfidh. Karena disamping ia sendiri adalah seorang Häfidh fïl hadïts, hampir seluruh gurunya yang berjumlah tidak kurang dari 300 tokoh semua nya adalah al Häfidh]. 

Dan syarah kitab ini dikomentari oleh Al Häfidh Al ^Alä'i sebagai kitab yang kandungannya sama sekali tidak dipertentangkan oleh ulama Ahlussunnah; disepakati kebenaran kandungan nya oleh para ulama yang mu^tabar. 

Mbah KH. M. Sya'roni Ahmadi Kudus رحمه الله تعالى juga mencantumkan matan al Aqidah al Mursyidah dengan lengkap ke dalam kitabnya yang berjudul AL-FARAID AS-SANIYYAH WA AD-DURAR AL-BAHIYYAH: ad-Dars 33, hlm. 42.

Lalu apa isi dari kitab Al Aqidah Al Mursyidah itu?


Diceritakan, 3 kitab ini, menurut Al Häfidz As Subki, menjadi inti kandungan ajaran Al Imäm Abul Hasan Al Asy^ari --rodliyaLlähu ^anhum ajma^iin--. Yaitu:

1. Al ^Aqïdah Al Mursyidah karangan murid imam Ghozali, Yaitu Ibnu Tumart (  ابن تومرت ) w. 525 H. Dan disebarkan oleh ulama inter disipliner yang lebih terkenal sebagai ahli sejarah [mu'arrikh] Ibnu ^Asäkir (W. 620 H).

2. Al ^Aqïdah At Thohäwiyyah anggitan ulama salaf yang berreputasi sebagai Al Häfidh.

3. Dan Al I^tiqöd ta'lif Al Imäm Al Qusyairi seorang shufi. 

Bagi Anda yang tanya tentang Ahlussunnah wal Jama'ah sudahkah Anda Talaqqi 3 Kitab ini kepada guru yang tsiqot bersanad?

Al-'AQIIDAH AL-MURSYIDAH

قالَ المؤلف رحمه الله:  

Syeikh Ibnu Tumart (Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah Al Hasany) dan juga Fakhruddiin ibn 'Asaakir semoga Allaah merahmatinya telah berkata :

اعلمْ أرشدَنا اللهُ وإياكَ أنَّهُ يجبُ على كلّ مُكلَّفٍ أنْ يَعْلمَ أنَّ اللهَ عزَّ وجلَّ واحدٌ في مُلكِهِ. 

Ketahuilah, semoga Allaah memberi petunjuk kepada kami dan Anda semua, bahwasanya wajib atas setiap mukallaf untuk mengetahui bahwa Allaah 'Azza Wa Jalla itu Esa (Tidak serupa dengan sesuatu apapun) pada kekuasaan-Nya.

خلَقَ العالَمَ بأسْرِهِ، العُلويَّ والسُفْليَّ والعرْشَ والكرسيَّ، والسَّمواتِ والأرضَ وما فيهِمَا وما بينَهُما. 

Dia (Allaah) telah menciptakan alam semuanya (seluruhnya), baik alam atas maupun alam bawah, arsy, kursi, langit-langit, bumi-bumi, makhluq yang berada dalam keduanya (alam atas dan bawah) dan makhluq yang berada diantara keduanya.

جميعُ الخلائِقُ مقهورونَ بقُدْرتِهِ، لا تتحركُ ذرّةٌ إلاَّ بإذْنهِ ليسَ مَعَهُ مُدَبّرٌ في الخلْقِ ولا شريكٌ في المُلْكِ،

Semua makhluq tunduk pada kekuasaan-Nya, tidak bergerak satu dzarrah pun kecuali dengan izinNya, kekuasaan-Nya, tidak ada pengatur yang menyertai-Nya terhadap makhluq dan tidak ada sekutu bagi-Nya di dalam kekuasaan.

 حيٌّ قيومٌ لا تأخذُهُ سِنَةٌ ولا نومٌ،

Allaah Maha Hidup Azali Abadi, Maha Pengatur makhluq, Dia Allaah tidak diliputi rasa kantuk dan tidak tidur.

 عالِمُ الغيبِ والشهادَةِ، لا يَخْفَى عليهِ شىءٌ في الأرضِ ولا في السماءِ، 

Dia Allaah mengetahui seluruh perkara yang ghoib dan yang nyata, bagi-Nya tidak ada yang samar dan tersembunyi di bumi dan di langit.

ويعلمُ ما في البرّ والبحْرِ وما تسقُطُ مِنْ ورقةٍ إلا يَعْلَمُهَا، 

Dia (Allaah) mengetahui segala sesuatu yang ada di daratan dan yang ada di lautan, dan tidak jatuh satu daun-pun kecuali Allaah mengetahuinya (dengan IlmuNya yang azali abadi, tidak berubah)

ولا حبَّةٍ في ظُلُمَاتِ الأرضِ ولا رطْبٍ ولا يابسٍ إلا في كتابٍ مبينٍ 

Dan tidak ada satu biji-bijian pun yang berada di kegelapan bumi (pada malam hari), dan tidak ada yang basah dan tidak ada yang kering kecuali (semua itu sudah tercatat) di dalam kitab yang nyata (Al-Lauh Al-Mahfudh).

أحاطَ بكلّ شىءٍ علماً وأحصى كلَّ شىءٍ عددا

Ilmu Allaah meliputi segala sesuatu (baik perkara lampau, sedang, akan, tidak terjadi, bagaimana terjadinya dan seluruhnya) dan mengetahui segala bilangan sesuatu (seluruh jumlahnya).

فعال لما يريد، قادرٌ على ما يشاءُ.

Dia (Allaah) melakukan apa yang Dia kehendaki (pada azal), Dia maha kuasa atas segala sesuatu.

 لهُ المُلْكُ ولهُ الغِنَى، وله العِزُّ والبقاءُ،

Bagi-Nya kekuasaan dan bagi-Nya tidak butuh sesuatu apapun, bagi-Nya kemuliaan dan keabadian.

 ولهُ الحُكْمُ والقضَاءُ، ولهُ الأسمَاءُ الحُسنى،

Bagi-Nya ketetapan dan kepastian, dan bagi-Nya Nama-nama yang menunjukkan kepada kesempurnaan dan layak bagi-Nya.

 لا دافِعَ لمَا قَضَى، ولا مانِعَ لِمَا أعطى.

Tidak ada sesuatupun yang mampu menolak terhadap perkara yang Allah tetapkan. Dan Tidak ada sesuatupun yang mampu menghalangi; mencegah segala perkara yang Allah karuniakan.

 يفعلُ في مُلْكِهِ ما يُريدُ، ويحكُمُ في خلقِهِ بما يشاءُ.

Allah melakukan di dalam (Azal) kekuasaan-Nya apa yang Dia kehendaki, Allaah menetapkan (Hukum wajib dan haram) terhadap makhluq-Nya apa yang Dia kehendaki.

لا يرجو ثواباً ولا يخافُ عِقاباً،

Dia (Allaah) tidak mengharapkan pahala dan tidak takut siksaan.

 ليس عليهِ حقٌ (يَلزَمُهُ) ولا عليهِ حكمٌ، 

Tidak ada kewajiban bagi-Nya untuk melakukanya, dan tidak ada hukuman bagi-Nya.

وكلُّ نِعمةٍ منهُ فضلٌ وكلُّ نِقمةٍ منهُ عدلٌ 

Dan Setiap nikmat dari-Nya adalah karunia-Nya dan setiap adzab dari-Nya adalah keadilan-Nya.

لا يُسئَلُ عمَّا يفعلُ وهم يُسْألونَ.

Dia (Allaah) tidak ditanya tentang apa yang Dia kerjakan dan merekalah (hamba, manusia dan jin) yang akan ditanya.

 موجودٌ قَبلَ الخَلْقِ،

Allaah ada sebelum terciptanya makhluq.

 ليسَ لهُ قَبلٌ ولا بعْدٌ، 

Dia (Allaah) tidak diliputi sebelum dan tidak diliputi sesudah.

ولا فوقٌ ولا تحتٌ، ولا يمينٌ ولا شمالٌ،

Allah Tidak diliputi arah atas dan arah bawah, Dia tidak diliputi arah kanan dan kiri.

 ولا أمامٌ ولا خلْفٌ، ولا كُلٌ، ولا بعْضٌ،

Allah Tidak diliputi arah depan dan belakang, Dia Allah (tidak berasal) dari keseluruhan (alam), dan tidak (berasal dari) sebagian (alam).

 ولا يُقالُ متى كان ولا أينَ كانَ ولا كيفَ. 

Tidak boleh di katakan : kapan (Allaah) ada, dimana Allaah, dan tidak (berlaku) bagaimana (sifat-sifat makhluq).

كان ولا مكانَ، كوَّنَ الأكوانَ ودبَّرَ الزمانَ. 

Allaah ada Azali tanpa tempat, Allaah yang telah menciptakan makhluq, dan yang telah mengatur zaman (masa/waktu).

لا يتقيَّدُ بالزمانِ ولا يتخصَّصُ بالمكانِ،

Dia (Allaah) tidak terikat dengan zaman, dan tidak berlaku bagi-Nya tempat.

 ولا يشْغَلُهُ شأنٌ عن شأن، ولا يلحقُهُ وَهْمٌ، 

Dia Allah tidak disibukkan dengan mencipta satu perkara sehingga perkara-perkara lain tidak diciptakannya.  

Tidak seperti itu, sangkaan pikiran tidak dapat membayangkan-Nya.

ولا يَكْتَنِفُهُ عقلٌ، ولا يتخصَّصُ بالذهْنِ ،

Akal tidak dapat menjangkau-Nya, Dia tidak dapat dibayangkan dengan hati.

 ولا يتمثَّلُ في النَّفسِ، ولا يُتصورُ في الوهمِ،

Dia (Allaah) tidak dapat di serupakan dengan makhluq, Dia tidak dapat di gambarkan (dibayangkan) dalam pikiran.

 ولا يتكيَّفُ في العقلِ، لا تلحقُهُ الأوهامُ والأفكار.

Dia tidak dapat disifati dengan makhluq pada akal, Dia Allah tidak dapat di jangkau oleh sangkaan dan pikiran.

 ليسَ كمثله شىءٌ وهو السميعُ البصيرُ ا.هـ.

Dia Allaah tidak serupa dengan segala sesuatupun dari makhluqnya, dan tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, baik dari satu segi maupun semua segi, Dia Allah maha melihat dan maha mendengar.

Tajuddin as Subkiy di dalam kitab Thobaqotus Syafi'iyah Al kubro setelah menyebutkan Aqidah ini beliau mengatakan :

هذا ءاخر العقيدة المرشدة وليس فيها ما ينكره سني

"Ini adalah akhir kitab al 'Aqidatul Mursyidah dan TIDAK ADA di dalamnya yang diingkari oleh seluruh ulama Ahlissunnah Wal Jama'ah".

 علم أهل السنة مفتاح الجنة.

Catatan:

Yang ada di dalam kurung adalah tambahan penjelasan untuk 'Aqidah Ibnu 'Asakir.

Risalah Al 'aqidah Al Mursyidah ini sangat ringkas namun padat dan

sarat dengan isi. 

Risalah ini menjelaskan aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah dan membantah aqidah orang-orang yang mengaku sebagai Salafi (pengikut ulama salaf) padahal sesungguhnya aqidah mereka berseberangan dengan aqidah Salaf. Hal ini disebutkan dalam kitab-kitab induk seperti Rasa-il al Imam Abu Hanifah, al 'Aqidah ath- Thahawiyyah, 'Aqidah Abi al Qasim al Qusyairi dan lainnya. 

Karena itulah risalah ini dipuji oleh al Hafizh al 'Ala-i (W. 761 H) dan beliau namakan sebagai "al 'Aqidah al Mursyidah". Ini disetujui oleh al Imam Tajuddin as-Subki –penulis Jam' al Jawami', Thabaqat asy- Syafi'iyyah dan lain-lain- , bahkan beliau mencantumkan aqidah ini seluruhnya dalam kitab Thabaqaat-nya kemudian mengatakan : "Ini adalah akhir 'Aqidah tersebut dan isinya tidak ada yang bertentangan dengan keyakinan seorang Sunni (Ahlussunnah Wal Jama'ah)".

BIOGRAFI PENULIS

Nama lengkap beliau adalah Fakhruddiin Abu Manshur Abdurrahman bin Muhammad bin al Hasan bin Hibatullaah bin Abdullaah bin al Husain ad-Dimasyqi, yang terkenal dengan nama lbnu 'Asaakir, pakar ilmu fiqih Syafi'i.

Beliau di lahirkan pada tahun 550 H, dan wafat pada tanggal 10 Rajab 620 H.

Risalah al Imaam Fakhruddiin bin 'Asaakir termasuk risalah yang penting, yang menjelaskan aqiidah ahlussunnah wa al jamaa'ah,.

Al-Hafidz Sholaahuddiin al-Ala'iy ( W 761 H ) memuji risalah ibnu Asaakir ini  dan menyebutnya dengan "al-Aqiidah al-Mursyidah" yaitu suatu aqiidah yang di ridhoi.

Demikian juga syeikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani ( W 1350 H ), menyebutnya dalam muqoddimah Sa'adah ad-Daaroin fi as-Sholah ala Sayyid al-Kaunain.

قال بعض الأكابر: " تعليم مسألة واحدة من مسائل الدين أفضل عند الله من التصدق بجبل من ذهب "

INTAHA

ALLAH ADA TANPA TEMPAT

Posting Komentar untuk "Khataman Al Aqidah Al Mursyidah dan Berziarah Ke Sultan Hadirin Mantingan Jepara"