Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus Keramat Luar Batang Jakarta

Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus Keramat Luar Batang Jakarta adalah ahlul bait dan merupakan wali Allah yang ada di Jakarta. Beliau menjadi anak yatim di usia 11 tahun.

Setelah Ayahanda meninggal, Habib Husein berhijrah ke kota Tarim, Yaman. Kedatangannya ke Tarim sudah ditunggu oleh Gurunya, Quthbil Irsyad, Habib Abdullah Bin Alwy Al-haddad. Gurunya ini kemudian menjemput di pintu Kota Tarim Husein Bin Abu Bakar Alaydrus yang masih anak muda. Gurunya ini pun kemudian mengajak berziarah ke Sayidina Al Faqih Al-Muqaddam Al-imam Muhammad Bin Ali Ba’alawy, Sayidina Abdurrohman Bin Muhammad Assegaf dan juga datuknya (kakeknya) Abdullooh Alaydrus. Setelah berziarah, Gurunya, Abdullaah Bin Alwy Al-haddad berkata kepadanya: "Tadi malam datukmu kakekmu datang menemuiku dan memberitahu akan kehadiranmu di sini (tarim)".

Menurut kitab Taajul Al A'rasy karangan habib Ali Bin Husein Al-Atthos, menyatakan Habib Husein Bin Abu Bakar Al-aydrus telah mendapatkan mandat untuk dakwah oleh Gurunya sebelum berhijrah ke Indonesia. Perjalanan dakwahnya sampai di negeri India, Asia Timur, lalu sampai di Negara Indonesia.

Habib Husein mendarat di Pulau Jawa, yaitu pelabuhan Sunda Kelapa, sebagai pedagang dan pendakwah. Dakwah Habib husein pertama kali ada di Batavia (sekarang Jakarta) yang saat itu dijajah Belanda. Kedatangan Habib Husein ini dicurigai oleh Belanda di karenakan Sunda Kelapa pernah menjadi daerah pertempura antara Sunan Gunung Jati, Syarif Hidayatullah, dan juga Panglima Fatahillah dengan Belanda. Akhirnya Habib Husein didakwa sebagai pemberontak oleh Belanda dan dicekal kemudian dijebloskan penjara.

Ketika di penjara, terjadi keanehan, Habib Husein setiap pagi sampai sore masih di penjara, saat masuk maghrib, habib Husein sudah keluar untuk berdakwah ke kampung-kampung. Kegiatan dakwah dilakukan setiap malam. Sampai pada akhirnya penjaga penjara menwarkan untuk keluar habib husein. Akan tetapi Habib Husein masih saja di Penjara.

Keanehan menjadi-jadi karena Habib Husein dikurung di kamar yang terpisah dan sempit. Tahanan lain ditempatkan di kurungan yang lebih luas. suatu malam, penjaga penjara tercengang karena melihat di tengah malam, Habib Husein sedang jadi Imam shalat malam dengan para pengikutnya. ketika di cek di penjaranya, ternyata masih tidur pulas di ruang penjaranya yang sempit dan terkunci. Peristiwa tersebut kemudian menyebar sampai pada pejabat pemerintah Belanda. Dan kemudian Belanda memutuskan untuk membebaskan Habib Husein dan para pengikutnya dari penjara.

Di perjalanannya, Habib Husein melihat tentara Belanda yang dinilainya baik, kemudian disapalah tentara tersebut diajak berbincang-bincang. Habib husein berkata kepada tentara tersebut bahwa tentara tersebut akan menjadi Gubernur di pemerintahan Belanda, Batavia. Perkataan Habib Husein ini membuat tertawa tentara tersebut, dan menimpalinya; "Bagaimana mungkin bisa jadi Gubernur". Alhasil yang tidak lama, tentara tersebut diberi Hadiah Tugas untuk menjadi Gubernur Batavia oleh VOC.

Setelah jadi Gubernur, ia teringat ucapan Habib Husein dan berniat memberikan hadiah berupa uang, emas dan kebutuhan hidupnya. tetapi, habib meminta yang lain. Habib Husein meminta Tanah laut yang sedang surut di luar pelabuhan Sunda Kelapa. Gubernur baru jadi kaget, ia berkata; tidak mungkin kau minta, karena sebentar lagi air laut akan naik (pasang) dan tanah itu terendam air laut. Habib Husein pun berkata; “Jika benar memberiku hadiah maka berikanlah, tanah itu tidak akan pernah terkena air pasang laut lagi". Karena dikira sesuatu yang menyulitkan dirinya, sang gubernur memberikan dengan bangga.

Tanah pemberian Gubernur tersebut kurang lebih 10 hektar, dibangunlah masjid Habib Husein kemudian rumahnya yang berdekatan dengan masjid (saat ini menjadi pusaranya). Habib Husein mendapat murid yang bernama Haji Abdul Qodir dan sekaligus menjadi penterjemah dan penulis kitabnya habib husein dalam mengajar. Murid muridnya berdatangan dari seantero nusantara.

Habib Husein bin Abu Bakar Al Aydrus wafat bertepatan dengan nuzulul quran tanggal 17 Romadhon 1169 H. atau bertepatan tanggal 27 Juni 1756 M. Dan dimakamkan di kediamannya sendiri. Makam Keramat Luar Batang Jakarta ini sampai detik ini banyak dikunjungi masyarakat untuk berziarah.

Makam Habib Hu­sein bin Abu Bakar Alaydrus ini berdekatan dengan muridnya, Haji Abdul Qadir.  Dalam kitab Taajul A'rosy, jilid II hal.291-393, karya Habib Husein bin Ali Alatthos, menerangkan bahwa; "Siapasaja yang menziarahiku, tapi tidak berziarah ke Haji Abdul Qadir, maka ziarahnya tidak diterima”.

Walaupun wafatnya dibulan puasa ramadhan, haul Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus diperingati setiap hari Ahad akhir bulan syawwal Hijriyah. Hal ini telah disepakati oleh para ulama dan para habib yang dipimpin oleh Mufti Betawi, Al-habib Utsman Bin Abdullaah bin 'Aqil Bin Yahya Al 'Alawy. Dengan alasan bahwa saat itu penjajah Belanda menguasai transportasi dan juga bertepatan dengan romadhon. Dan bulan Syawwal merupakan kegiatan silaturrohim masih terasa sehingga sangat cocok jika diadakan akhir bulan syawal.

Posting Komentar untuk "Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus Keramat Luar Batang Jakarta"